Siapa Bilang Jakarta Tidak Punya Desa yang Asri?


 Siapa Bilang Jakarta Tidak Punya Desa yang Asri? Panorama Desa Situ Babakan di Kelurahan Srengseng Sawah (Arahkita/Margaretha Purwati)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Di antara gedung-gedung tinggi pencakar langit, di antara kesemrawutan pemukimannya yang padat, di antara kemacetan lalu lintasnya, ternyata Jakarta masih mempunyai sebuah desa yang masih terjaga keindahan alam dan budayanya.

Jika punya waktu senggang, yuk jalan-jalan ke Desa Situ Babakan yang berlokasi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Mungkin Situ Babakan adalah satu-satunya desa yang masih tersisa di DKI Jakarta. Masyarakat yang mendiami desa ini sebagian besar adalah masyarakat Betawi asli. Oleh sebab itu tidak heranlah apabila nuansa khas budaya Betawi yang bersahaja masih terasa sangat kental di desa ini.

Di Desa Situ Babakan, sebagian besar masyarakatnya masih melakukan kegiatan bercocok tanam dan memelihara ikan air tawar. Bagi wisatawan yang ingin membeli buah-buahan tropis, dapat membeli langsung dan memetik langsung dari kebun penduduk sekitar.

Perkampungan Situ Babakan mempunyai luas 289 hektar yang didiami oleh sekitar 3000 kepala keluarga.

Pada tahun 2002, Situ Babakan pernah menjadi tempat wisata bagi para peserta konferensi Pacifik Asia Travel Association (PATA).

Penduduk asli Betawi di perkampungan ini sangat konsisten mempertahankan budaya khas Betawi seperti seni musik gambang kromong, dialek bahasa melayu Betawi, seni tari, seni bela diri pencak silat, arsitektur bangunan rumah khas Betawi, gotong royong, keramahtamahan, dan tentu saja tak ketinggalan makanan khas Betawi. Dengan segala kelebihan ini maka tak heranlah jika desa Situ Babakan ini telah menyandang predikat sebagai Kawasan Cagar Budaya Betawi. Peresmiannya sebagai kawasan cagar budaya bertepatan dengan Hari Ulang Tahun DKI Jakarta yang ke-474 pada tahun 2004.

Duh, dahulu Condet sebenarnya juga pernah ditetapkan sebagai salah satu kawasan cagar budaya Betawi. Namun karena terus tergerus oleh arus jaman, maka segala keindahan dan keanggunan budaya Betawi hampir menghilang di Condet. Semoga Situ Babakan di masa kini dan masa yang akan datang tidak bernasib sama dengan Condet.

Keindahan alam di perkampungan Betawi Situ Babakan sangat menakjubkan. Pohon-pohonnya masih rindang dan udaranya sejuk.

Ada pun tempat wisata yang sangat terkenal di sini adalah sebuah danau buatan yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai salah satu kawasan resapan air bagi kota Batavia pada waktu itu. Penduduk sekitar menyebutnya dengan nama danau Situ Babakan. Situ artinya adalah danau buatan.

Indah sekali danau ini. Apalagi kalau bisa datang tepat pada saat matahari terbit atau pun terbenam. Pantulan cahaya matahari yang berwarna kuning keemasan di atas danau yang jernih dan bersih, terlihat sangat mengagumkan.

Menunggu saat matahari senja terbenam, kita bisa memesan minuman air kelapa muda. Nah, untuk mengisi perut yang lapar, bisa juga memesan salah satu makanan khas Betawi bernama tauge goreng. Eits, jangan salah, walaupun namanya toge goreng, tetapi ternyata saat memasaknya, sayuran kecambah tauge ini tidak digoreng menggunakan minyak goreng, melainkan dengan sedikit air mendidih. Tak lupa diberi sedikit mie kuning, oncom dan daun kucai sebagai penyedap masakan ini. Setelah tauge, mie kuning, oncom dan kucai matang, segera dihidangkan di atas piring panas-panas.

Sentuhan terakhirnya adalah menyirami tauge goreng dengan saus kacang, sedikit kecap, sambal, dan kerupuk. Saus kacang untuk masakan ini mirip saus kacang bumbu gado-gado, namun ditambah dengan tauco (tauco adalah saus kedelai yang difermentasikan sehingga bercita rasa sedikit asam dan wangi yang khas). Wow, masakan ini sehat sekali bukan?

Jika mau ketupat, silahkan minta kepada penjualnya agar tauge gorengnya diberi tambahan ketupat.Selain toge goreng, di Danau Situ Babakan adalah surganya jajanan khas Betawi. Ada kerak telor, kue kembang goyang, dodol Betawi yang legit, minuman bir pletok yang harum menyegarkan, laksa, arum manis, ketoprak, es selendang mayang, nasi uduk, kue apem, roti buaya, ketupat sayur plus jengkol, soto mie, soto Betawi, dan lain sebagainya.

Penasaran dengan minuman bernama bir pletok? Namanya memang bir, tetapi ini bukan jenis bir sungguhan yang mengandung alkohol. Minuman ini adalah perpaduan ramuan bahan alami yang menyehatkan seperti jahe tua, air, gula pasir atau bisa juga gula batu, batang serai, daun pandan, kayu manis, merica hitam, dan kayu secang. Semua bahan-bahan ini direbus menjadi satu tanpa ditambah bahan pengawet. Kemudian disaring serta dimasukkan dalam wadah botol kaca steril yang bersih.

Kayu secang ini berfungsi untuk memberi warna merah pada minuman bir pletok agar minuman menjadi menarik dilihat. Kayu secang yang merupakan pewarna makanan alami ini biasa dijual di pasar tradisional atau di depot-depot jamu dalam bentuk serutan tipis. Sebagian orang juga menggunakan kayu secang sebagai jamu.

Konon, minuman ini dulunya dibuat oleh masyarakat Betawi untuk menjamu tamu warga Belanda apabila ada yang datang berkunjung ke rumah mereka. Karena masyarakat Betawi mempunyai pantangan meminum minuman beralkohol seperti bir dan lain sebagainya, maka dibuatlah minuman bir pletok ini.

Minuman bir pletok yang segar ini ternyata juga disukai oleh masyarakat Belanda yang bermukim di Batavia pada waktu itu. Hingga tak heranlah jika bir pletok ini pada jaman dahulu kerap kali digunakan untuk bersulang dengan masyarakat Betawi yang tidak meminum alkohol. Mengapa dinamakan pletok? Ya karena saat membuka kemasan botol penutupnya akan terdengar bunyi “pletok”.


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Leisure Terbaru