Loading
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai pertemuan dengan pelaku usaha di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025) ANTARA/Bayu Saputra
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Hubungan ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat kembali mencatat tonggak penting. Sejumlah perusahaan raksasa dari AS menyatakan komitmen investasi mereka ke berbagai sektor strategis di Indonesia, mulai dari energi bersih, teknologi digital, hingga industri kesehatan.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers Joint Statement Indonesia–AS di Jakarta, Kamis (24/7/2025).
“Amerika Serikat saat ini menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia, dengan kontribusi ekspor mencapai 11,2 persen. Dari sisi investasi, AS termasuk lima besar negara investor dengan nilai mencapai 3,7 miliar dolar AS pada tahun lalu,” jelas Airlangga.
Exxon Mobil Pimpin Investasi Energi Bersih
Salah satu bentuk komitmen terbesar datang dari Exxon Mobil, yang tengah menjajaki proyek carbon capture and storage (CCS) dengan nilai investasi mencapai 10 miliar dolar AS. Teknologi ini diharapkan mampu membantu Indonesia dalam agenda dekarbonisasi dan transisi menuju energi ramah lingkungan.
Raksasa Teknologi AS Perkuat Infrastruktur Digital Indonesia
Minat besar juga datang dari sektor teknologi. Tiga pemain besar dunia — Oracle, Microsoft, dan Amazon — menyiapkan investasi signifikan untuk memperluas operasionalnya di tanah air:
Oracle: Investasi 6 miliar dolar AS untuk pembangunan pusat data (data center).
Microsoft: Menyiapkan 1,7 miliar dolar AS untuk pengembangan infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan (AI).
Amazon: Berencana menggelontorkan hingga 5 miliar dolar AS untuk ekspansi teknologi AI dan cloud di Indonesia.
GE dan Kalbe Bangun Pabrik CT Scan Pertama di RI
Sektor kesehatan tak luput dari perhatian. GE Healthcare akan bekerja sama dengan Kalbe Farma dalam pembangunan pabrik CT Scan pertama di Indonesia, yang berlokasi di Jawa Barat. Proyek ini akan dimulai dengan investasi awal senilai 178 juta dolar AS, dan menjadi langkah penting menuju kemandirian alat kesehatan dalam negeri.
Perjanjian Dagang Baru Selamatkan Jutaan Lapangan Kerja
Keberhasilan diplomasi perdagangan Indonesia dengan AS melalui kesepakatan Agreement on Reciprocal Trade disebut Airlangga sebagai langkah krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi.
“Perjanjian ini menyelamatkan sekitar satu juta pekerja sektor padat karya dari ancaman PHK akibat tarif ekspor yang semula mencapai 32 persen,” tegasnya.
Kini, tarif tersebut telah turun menjadi 19 persen. Lebih dari itu, kesepakatan ini juga menghapus 99 persen hambatan tarif atas produk industri dan pertanian dari AS.
Sebagai imbal balik, produk Indonesia pun mendapat perlakuan tarif timbal balik dengan peluang pengurangan lebih lanjut — khususnya untuk produk yang tidak tersedia di pasar domestik AS.
Dorong Perdagangan Digital dan Hapus Hambatan Non-Tarif
Dalam sektor perdagangan digital, Indonesia menyatakan dukungannya terhadap transfer data lintas batas dan moratorium bea masuk atas transmisi elektronik dalam forum WTO.
Sementara di sisi regulasi, kedua negara sepakat untuk menghapus hambatan non-tarif, termasuk:
Pembebasan persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bagi produk-produk AS,
Pengakuan sertifikasi FDA untuk produk kesehatan dan farmasi asal Indonesia.
“Joint statement yang disampaikan kemarin menjadi pondasi bagi kerja sama perdagangan lanjutan dengan Amerika Serikat,” ujar Airlangga dikutip Antara.