Selasa, 30 Desember 2025

APBN 2025 Defisit Rp321,6 Triliun, Pemerintah Masih Catat Surplus Keseimbangan Primer


 APBN 2025 Defisit Rp321,6 Triliun, Pemerintah Masih Catat Surplus Keseimbangan Primer Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bersama para wakil menteri keuangan dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi September 2025 di Jakarta, Senin (22/9/2025). (ANTARA/Imamatul Silfia)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 kembali mencatat defisit hingga Rp321,6 triliun atau setara 1,35 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per 31 Agustus 2025. Laporan ini disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers APBN KiTa edisi September 2025 di Jakarta, Senin (22/9).

Meski defisit cukup besar, pemerintah menegaskan kondisi fiskal masih terjaga berkat adanya surplus keseimbangan primer sebesar Rp22 triliun. Surplus ini menjadi indikator bahwa pengelolaan pendapatan, belanja, dan utang masih berada dalam level yang sehat.

Pendapatan Negara Terkoreksi

Hingga akhir Agustus, pendapatan negara baru mencapai Rp1.638,7 triliun atau 57,2 persen dari outlook APBN 2025. Angka ini turun 7,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1.777,3 triliun.

Penurunan terlihat pada hampir seluruh komponen penerimaan. Dari sektor perpajakan, realisasi tercatat Rp1.330,4 triliun atau 55,7 persen dari target, turun 3,6 persen dibanding tahun lalu. Pajak sendiri terkoreksi 5,1 persen dengan realisasi Rp1.135,4 triliun.

Satu-satunya sektor yang tumbuh positif adalah kepabeanan dan cukai, yang naik 6,4 persen dengan realisasi Rp194,9 triliun atau 62,8 persen dari outlook. Sementara itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat Rp306,8 triliun atau 64,3 persen dari outlook, namun mengalami penurunan cukup dalam, yakni 20,1 persen.

Belanja Negara Tetap Tumbuh

Di sisi lain, belanja negara justru mencatatkan pertumbuhan. Hingga 31 Agustus 2025, realisasi belanja mencapai Rp1.960,3 triliun atau 55,6 persen dari outlook, naik 1,5 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.930,7 triliun.

Belanja pemerintah pusat (BPP) turut tumbuh 1,5 persen dengan realisasi Rp1.388,8 triliun atau 52,1 persen dari outlook. Namun, belanja kementerian/lembaga (K/L) justru menurun 2,5 persen menjadi Rp686 triliun. Sebaliknya, belanja non-K/L naik cukup signifikan sebesar 5,6 persen dengan realisasi Rp702,8 triliun.

Selain itu, transfer ke daerah (TKD) juga mencatat pertumbuhan 1,7 persen, dengan realisasi Rp571,5 triliun atau 66,1 persen dari outlook.

Kondisi Fiskal Masih Terkendali

Dengan capaian tersebut, meskipun APBN mencatat defisit, keberadaan surplus keseimbangan primer sebesar Rp22 triliun menunjukkan ruang fiskal pemerintah masih cukup kuat. Hal ini menjadi sinyal positif dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah tekanan penerimaan yang menurun dikutip Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru