Loading
India Tolak Peringatan NATO Soal Sanksi Terkait Perdagangan dengan Rusia. (Antaranews)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Pemerintah India menepis peringatan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, terkait kemungkinan sanksi dari Amerika Serikat bagi negara-negara seperti India, China, dan Brasil yang masih menjalin hubungan dagang dengan Rusia.
Dalam konferensi pers di New Delhi pada Kamis (17/7), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, menegaskan bahwa kebutuhan energi nasional tetap menjadi prioritas utama bagi pemerintah India, terlepas dari tekanan atau peringatan dari pihak mana pun.
“Kami telah mencermati laporan terkait pernyataan tersebut dan akan terus memantau situasi. Memastikan pasokan energi bagi rakyat India adalah hal yang kami utamakan,” ujar Jaiswal.
"Dalam upaya ini, kami berpedoman pada apa yang ditawarkan di pasar dan kondisi global yang berlaku. Kami secara khusus memperingatkan agar tidak menerapkan standar ganda dalam masalah ini," tambah Jaiswal.
Setelah bertemu dengan Presiden AS Donald Trump awal pekan ini, Rutte mengatakan kepada para wartawan: "Presiden Trump pada dasarnya mengatakan, jika Rusia tidak serius dalam perundingan damai (di Ukraina), dalam 50 hari, dia akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap negara-negara seperti India, China dan Brasil."
Trump pada Senin (14/7) mengancam akan mengenakan tarif sekunder 100 persen terhadap Rusia jika kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina tidak tercapai dalam 50 hari.
Pada Rabu (16/7), Beijing menolak peringatan Rutte, dengan mengatakan "dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan keluar yang layak dari krisis (Ukraina)."
"China menentang sanksi sepihak dan yurisdiksi jangka panjang. Perang tarif tidak memiliki pemenang (dan) paksaan serta tekanan tidak akan menghasilkan apa-apa," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing dilansir Antara.