Loading
Wisatawan menggunakan payung di tengah terik matahari saat mengunjungi Osaka Expo 2025 di Kota Osaka, Jepang (10/7/2025). ANTARA/Xinhua/Jia Haocheng
TOKYO, ARAHKITA.COM – Jepang menghadapi lonjakan serius kasus heat stroke tahun ini. Data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Jepang mencatat sebanyak 100.143 orang dilarikan ke rumah sakit akibat sengatan panas sepanjang musim ini. Angka tersebut untuk pertama kalinya menembus 100 ribu kasus sejak pencatatan dimulai.
Survei yang dilakukan dari Mei hingga 28 September 2025 ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan tahun lalu, yang mencatat 97.578 kasus. Catatan ini juga menjadi angka tertinggi sejak 2015, saat periode survei mulai mencakup bulan Mei.
Dari jumlah tersebut, 116 orang dinyatakan meninggal dunia akibat heat stroke, sementara 36.448 pasien lainnya membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.
Lansia Jadi Kelompok Paling Rentan
Lebih dari separuh pasien, yakni 57.235 orang, adalah warga lanjut usia berusia 65 tahun ke atas. Kondisi ini menegaskan bahwa kelompok lansia menjadi yang paling rentan terdampak gelombang panas ekstrem yang melanda Jepang.
Tokyo Jadi Prefektur dengan Kasus Tertinggi
Secara regional, Tokyo mencatat jumlah kasus terbanyak dengan 9.309 pasien, disusul Osaka sebanyak 7.175 kasus dan Aichi dengan 6.630 kasus dilansir Antara.
Ancaman Gelombang Panas di Tengah Krisis Iklim
Lonjakan kasus heat stroke ini semakin memperlihatkan dampak nyata perubahan iklim global yang memicu suhu ekstrem di berbagai belahan dunia, termasuk Jepang. Pemerintah Jepang sendiri terus mengimbau masyarakat untuk waspada, terutama saat beraktivitas di luar ruangan, serta menjaga hidrasi dan kesehatan tubuh selama musim panas yang kian ekstrem.