Loading
Otoritas manajemen darurat Provinsi Liaoning di China timur laut pada Minggu (28/12) menerbitkan laporan investigasi resmi mengenai kebakaran restoran yang menewaskan 22 orang dan melukai tiga lainnya pada 29 April di Kota Liaoyang. (ANTARA/Xinhua)
BEIJING, ARAHKITA.COM - Otoritas manajemen darurat Provinsi Liaoning di China timur laut menerbitkan laporan investigasi resmi terkait kebakaran restoran yang menewaskan 22 orang dan melukai tiga lainnya di Kota Liaoyang pada 29 April 2025.
Dalam laporan yang dirilis Minggu (28/12/2025), otoritas merekomendasikan delapan individu, termasuk pengelola restoran, untuk diserahkan kepada aparat penegak hukum guna menjalani penyelidikan pidana.
Selain itu, sebanyak 40 pejabat publik dinilai turut bertanggung jawab dan kini menghadapi proses pengawasan hukum serta kedisiplinan.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa kebakaran merupakan insiden keselamatan kerja serius yang dipicu oleh rangkaian kegagalan berlapis.
Restoran dinilai mengabaikan tanggung jawab keselamatan utama, melakukan pekerjaan renovasi tanpa izin, serta memperluas fasad bangunan menggunakan panel aluminium-plastik yang mudah terbakar.
Penyelidikan juga menemukan adanya penyimpanan limbah mudah terbakar yang tidak sesuai prosedur, penggunaan material insulasi eksterior yang tidak memenuhi standar, serta kondisi peralatan pemadam kebakaran yang tidak berfungsi optimal.
Faktor lain yang memperparah dampak kebakaran mencakup respons awal yang lambat dan pengawasan keselamatan yang lemah dari otoritas setempat.
Menurut hasil investigasi, kebakaran dipicu oleh seorang pelanggan bermarga Wang yang membuang puntung rokok dalam kondisi masih menyala.
Puntung rokok tersebut tertiup angin, masuk ke dalam sebuah lubang, lalu menyulut tumpukan kardus dan sampah di dalamnya.
Api kemudian dengan cepat merambat melalui panel fasad aluminium-plastik dan lapisan insulasi polistirena di bagian luar bangunan, sehingga mempercepat penyebaran api dan memperbesar dampak kebakaran.
Laporan ini menegaskan bahwa tragedi tersebut tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan akumulasi kelalaian manajemen, pelanggaran teknis, serta lemahnya pengawasan keselamatan, yang akhirnya berujung pada salah satu insiden kebakaran paling mematikan di wilayah tersebut.