Loading
Presiden Venezuela Nicolas Maduro berbicara pada acara yang disiarkan di VTV milik pemerintah, Kamis (24/10/2025) menuduh AS melakukan perang psikologis terus-menerus terhadap negaranya. ANTARA/Anadolu/pri.
BOGOTA, KOLOMBIA, ARAHKITA.COM - Ketegangan antara Venezuela dan Amerika Serikat kembali memanas. Pemerintah Caracas mengumumkan pengerahan besar-besaran lebih dari 200.000 personel militer di seluruh wilayahnya sebagai respons terhadap meningkatnya aktivitas angkatan laut dan udara AS di sekitar perairan Karibia.
Langkah tersebut diumumkan langsung oleh Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino Lopez, pada Selasa (11/11/2025). Ia menegaskan bahwa mobilisasi ini merupakan bagian dari latihan nasional sekaligus bentuk kesiapsiagaan menghadapi apa yang disebutnya sebagai “ancaman nyata” dari Amerika Serikat.
“Hampir 200.000 tentara telah dikerahkan di seluruh negeri untuk latihan pertahanan ini,” ujar Padrino Lopez di televisi pemerintah. “Ini bukan latihan biasa, tetapi respons terhadap meningkatnya provokasi di wilayah perbatasan maritim kami.”
Baca juga:
Trump Bilang tidak Tutup Kemungkinan Lakukan Serangan Darat di Venezuela untuk Perangi NarkobaMajelis Nasional Sahkan UU Pertahanan Baru
Bersamaan dengan langkah militer tersebut, Majelis Nasional Venezuela juga mengesahkan undang-undang baru yang memperkuat strategi pertahanan nasional.
Menurut Presiden Majelis Nasional Jorge Rodriguez, aturan tersebut mengatur cara baru dalam pengerahan pasukan, kepatuhan terhadap perintah militer, serta memperkuat hubungan antara rakyat dengan angkatan bersenjata.
“Rakyat Venezuela harus menjadi bagian dari sistem pertahanan yang kokoh dan terintegrasi,” tegas Rodriguez dikutip Antara.
Ketegangan Meningkat: Kapal Induk AS Tiba di Karibia
Langkah Venezuela ini muncul tak lama setelah kedatangan kapal induk USS Gerald R. Ford, salah satu kapal perang terbesar dan tercanggih milik AS, ke kawasan Karibia. Kapal tersebut kini berada di bawah komando US Southern Command (Komando Selatan AS) yang mencakup wilayah Amerika Latin dan Karibia.
Pemerintah AS menyatakan bahwa peningkatan kehadiran militernya merupakan bagian dari operasi untuk memberantas perdagangan narkoba lintas batas — operasi terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Namun, operasi ini telah memicu kekhawatiran internasional akan potensi eskalasi militer di kawasan.
Media setempat melaporkan bahwa operasi itu mencakup 19 serangan terhadap kapal di perairan internasional dan menewaskan sedikitnya 75 orang.
Maduro Tuduh AS Siapkan Perang
Presiden Nicolas Maduro menolak tuduhan keterlibatan negaranya dalam perdagangan narkoba dan menuding Washington tengah mencari alasan untuk melancarkan perang dan menggulingkan pemerintahannya.
“Mereka ingin menciptakan narasi palsu untuk membenarkan agresi militer terhadap Venezuela,” kata Maduro dalam pidato televisi nasionalnya. “Kami tidak akan tunduk. Venezuela siap mempertahankan kedaulatan kami.”
Dengan kedua negara yang terus memperkeras posisi, situasi di Karibia kini menjadi salah satu titik panas geopolitik dunia yang diawasi banyak pihak internasional.