Selasa, 30 Desember 2025

‘Dior Itu Drama‘: Jonathan Anderson Bawa Angin Segar di Paris Fashion Week 2025


 ‘Dior Itu Drama‘: Jonathan Anderson Bawa Angin Segar di Paris Fashion Week 2025 Beaky Blinder… Hiasan kepala Dior yang menyerupai burung. (Foto: Sarah Meyssonnier/Reuters/The Guardian)

PARIS Fashion Week 2025 menghadirkan salah satu momen paling bersejarah dalam dunia mode. Semua mata tertuju pada Jonathan Anderson, desainer asal Irlandia Utara yang resmi melakukan debutnya untuk Dior. Kehadirannya bukan sekadar untuk memperkenalkan koleksi baru, tetapi juga memberi harapan segar bagi dunia mode yang tengah terpuruk.

Atmosfer pertunjukan terasa megah sejak awal. Dua aktris pemenang Oscar, Mikey Madison dan Charlize Theron, hadir di barisan penonton, sementara Sunday Rose Kidman Urban, putri Nicole Kidman, melangkah anggun di atas catwalk. Kehadiran bintang K-pop membuat remaja Paris rela menunggu sejak dini hari di Taman Tuileries. Bahkan Ibu Negara Prancis, Brigitte Macron, dan Carla Bruni ikut duduk di barisan depan, mempertegas aura glamor malam itu.

Dior, Drama, dan Sebuah Debut Berani

Panggung rancangan sutradara Luca Guadagnino, dengan piramida kaca terbalik yang mengingatkan pada Louvre, menjadi latar ikonik. Anderson, yang dikenal dengan gaya santai khasnya, menegaskan visi: “Dior itu drama.”

Tidak bisa dipungkiri, beban berat ada di pundaknya. Dior adalah rumah mode yang pada 1947 melahirkan “New Look” dan mengubah sejarah busana perempuan. Kini, di tengah kondisi industri mode global yang melambat, Anderson diharapkan bisa membangkitkan kembali kejayaan Dior.

Dari Film Dokumenter ke Koleksi Revolusioner

Anderson membuka pertunjukan dengan film garapan dokumenter Adam Curtis berjudul Do You Dare to Enter the House of Dior. Potongan gambar bergaya surealis—dari busana abad pertengahan hingga bayangan Diana, Putri Wales—mengguncang imajinasi penonton.

Namun kejutan sesungguhnya ada di koleksi busana. Anderson berani menafsirkan ulang setelan ikonik Dior dengan rok super pendek berbahan denim merah muda dan kulit hitam, dipadu jaket yang terbuka di bagian pinggang. Aura rebel terasa kuat, namun tetap elegan—sebuah Dior yang relevan bagi generasi muda urban.

Antara Romantisme dan Eksperimen

Walau berani mendobrak tradisi, Anderson tetap memberi penghormatan pada estetika klasik Dior. Gaun-gaun dengan bordiran bunga, sulaman forget-me-not, hingga sentuhan hydrangea trompe l’œil menampilkan sisi romantis. Di sisi lain, aksesoris eksentrik seperti topi berparuh burung hitam dan sandal mawar sutra menegaskan ciri khas Anderson yang suka bermain dengan humor dan surealisme dilaporkan The Guardian.

Dior Lahir dari Krisis, Dior Kembali dari Krisis

Melalui koleksi ini, Anderson ingin mengingatkan bahwa Dior lahir dari masa sulit pasca perang. Kini, di tengah ketidakpastian global, Dior kembali membawa pesan optimisme. “Kita mungkin tidak bisa mengendalikan politik, tetapi kita bisa menemukan keindahan lewat mode dan selebritas,” begitu semangat yang disampaikan lewat pertunjukan ini.

Di penghujung panggung, sebuah kotak sepatu abu-abu khas Dior muncul di bawah piramida kaca. Simbol sederhana namun kuat—bahwa meski Dior dibayangi masa lalu, kini saatnya membawa merek legendaris ini kembali ke puncak.

Jonathan Anderson berhasil menjadikan debutnya bukan sekadar peragaan busana, melainkan sebuah drama penuh makna yang akan dikenang dalam sejarah Paris Fashion Week.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Lifestyle Terbaru