Loading
Frans Go usai bertatap muka dengan sejumlah tokoh masyarakat San Dominggo Hokeng foto bersama. (Foto: Robert Kadang)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Sejumlah tokoh masyarakat dan warga San Dominggo Hokeng, Larantuka, Flores Timur antusias menyambut kedatangan Fransiscus Go dan tim yang kini masuk dalam bursa pencalonan Gubernur NTT periode 2024-2029 pada Minggu (24/3/2024).
Di San Dominggo Hokeng, Frans Go biasa disapa berbincang dengan tokoh masyarakat dan warga setempat. Ada banyak hal yang diperbincangkan. Mulai dari minimnya penyerapan lapangan kerja, yang berimbas pada tingginya angka pengangguran di Flores Timur, pentingnya menciptakan kawasan ekonomi terpadu, pengembalian status pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan ke Pemerintah Kabupaten Flores Timur, hingga permintaan agar Frans Go tidak terjebak dalam pusaran korupsi karena akan merusak Nusa Tenggara Timur. Permintaan itu bukannya tanpa alasan. Sebab, sejumlah tokoh masyarakat Flores Timur yang hadir saat itu, sangat mengandalkan Frans Go mampu membawa perubahan dan kemajuan bagi NTT.
"Menjadi pemimpin di NTT, janji harus ditepati. Sudah banyak calon gubernur yang datang, tapi janji tinggal janji. Lapangan kerja minim di Flotim, sehingga banyak anak muda di Larantuka, menganggur. Butuh kawasan ekonomi terpadu di Flotim, agar peningkatan kesejahteraan rakyat bisa terwujud. Pak Frans jangan terjebak dalam pusaran korupsi, karena akan merusak daerah ini," tandas Meme da Silva, seorang ibu rumah tangga.
Frans Go sedang berbicara dengan sejumlah tokoh masyarakat San Dominggo Hokeng, Minggu (24/3/2024).
"Terus terang, saya baru bertatap muka dengan Pak Frans Go. Saya sudah mengenalnya di berbagai dunia maya. Saya tertarik lalu menyempatkan diri datang dan bertemu langsung. Kesan pertama sangat positif. Sebagai seorang pengusaha skala nasional, saya yakin Pak Frans Go bisa membawa perubahan bagi daerah ini. Satu hal yang kami minta, tolong kembalikan pengelolaan TPI ke Pemkab Flores Timur, karena dari situ sumber PAD kami. Sejak Pemerintah Provinsi mengambi alih pengelolaan TPI, PAD Flores Timur turun drastis," ungkap Ferdy Loboema yang berprofesi sebagai guru.
Mendapat banyak masukan, Frans Go mengatakan, dirinya siap menepati janji. "Mari kita sepakat untuk berbuat kebaikan dan kemajuam daerah ini. Saya tidak muluk-muluk buat janji, tapi ingatkan dan doakan saya untuk selalu bekerja secara baik. Yang terpenting saat ini, kedatangan saya bersama tim, ada Gus Deni, ada Om Heri dari Bali dan Om Ary Huma dari Kupang, adalah untuk mencari saudara saya yang ada di Flores Timur. Semoga kedatangan saya ini bisa diterima dan kita sama-sama membawa perubahan bagi daerah ini," ujar Frans Go diplomatis.
Frans Go tidak hanya brilian dalam dunia akademis dan bisnis, tetapi juga seorang pelopor yang berdedikasi untuk pemberdayaan sosial, khususnya di tanah kelahirannya, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan semangat altruistik, ia berperan aktif dalam mengembangkan infrastruktur pendidikan di NTT, sebuah langkah penting untuk mencerdaskan generasi mendatang.
Lebih dari itu, ia menjadi inisiator dan penyokong utama gerakan BAJAGA (Baku Jaga), sebuah inisiatif yang melambangkan solidaritas dan gotong royong. Gerakan ini mengundang semua warga NTT untuk bergandengan tangan dalam membantu, menolong, dan melindungi satu sama lain, dengan fokus khusus pada kelompok rentan yang sering menjadi korban human trafficking atau perdagangan manusia di luar negeri