Loading
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susi Susanty. (PBSI)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia ( PBSI) mulai memberikan pengawasan lebih kepada para pemain pelatnas Cipayung yang prestasinya di kancah internasional masih stagnan.
Untuk itu, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susi Susanti meminta para pemain yang masih stagnan prestasinya agar bisa berjuang lebih keras.
"Usaha beberapa pemain memang harus lebih banyak dibanding yang lain, jika sama saja, mereka tidak akan meningkat di situ-situ saja," kata Susi, di Jakarta, Kamis (1/3/2018).
Dilansir dari Antara, ada beberapa pemain yang disorot oleh Susi, terutama mereka yang berada di sektor tunggal, seperti Dinar Dyah Ayustine (24) dan Hanna Ramadini (23). Keduanya bisa disebut sebagai dua nama paling senior nomor tunggal putri. Tetapi keduanya seperti tak mampu bangkit dari daftar pemain papan tengah dunia dengan berkutat pada peringkat 30-an hingga saat ini.
Padahal juniornya, Fitriani (19), pernah menembus peringkat 20 besar dunia, lebih stabil dan akhirnya menjadi andalan Indonesia untuk ajang internasional.
Pada nomor tunggal putra, ada Firman Abdul Kholik yang sudah mulai meniti karir sebagai pemain pelatnas sejak 2013 usai menjuarai Badminton Asia Youth U-17. Tetapi, seiring waktu, sinar pemain kelahiran 11 Agustus 1997 itu kalah moncer dengan rekan sebayanya seperti Anthony Sinisuka Ginting (21), Jonatan Christie (20), dan Ihsan Maulana Mustofa (22).
Walau Firman sempat membuktikan diri dengan menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korea Selatan 3-2 di semifinal
Kejuaraan Beregu Asia 2018 yang juga merupakan kualifikasi Piala Thomas 2018. Namun hal itu dirasakan belum mencukupi untuk memberikan gelar atlet berprestasi bagi Firman.
"Pemain-pemain tersebut sebenarnya memiliki keunggulan masing-masing dan bisa dimanfaatkan. Tapi balik lagi ke pemainnya, jika mereka masih belum mencapai titik tinggi hingga saat ini, berarti ada yang kurang dari fisik, kemauan, daya juang, juga kematangan mental, mereka harus kerja keras untuk itu," ujar Susi.
Perjuangan untuk mencapai hal tersebut, kata Susi, harus diperbanyak jika para pemain tersebut ingin mengejar prestasi dalam bulu tangkis dan agar tidak tersalip oleh pemain di bawahnya.
"Yang harus diingat setiap pemain itu, juara hanya ada satu, jika kita berada terus di bawah level elit, otomatis harus berjuang lebih dari yang lain untuk mengejar, misal orang lain berlatih empat jam, kita harus lima hingga tujuh jam," kata dia.
Jika tidak segera membenahi performanya, bukan tidak mungkin para pemain tersebut akan tergusur dari pelatnas. "Kita sudah diberi kesempatan, harusnya pergunakan sebaiknya, karena pelatnas itu bukan tempatnya zona nyaman, di sini segala proses ditentukan oleh seleksi kualitas dan prestasi dari pemain itu sendiri," tuntas Susi.