Rabu, 31 Desember 2025

Indonesia Perlu Genjot Kualitas SDM demi Capai Target Energi Surya 17,1 GW di 2034


  Indonesia Perlu Genjot Kualitas SDM demi Capai Target Energi Surya 17,1 GW di 2034 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. ANTARA/HO-Humas Kementerian ESDM

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Indonesia memiliki target ambisius dalam pengembangan energi terbarukan, khususnya tenaga surya, dengan rencana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 17,1 gigawatt (GW) hingga tahun 2034. Namun, target ini dinilai sulit tercapai tanpa peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mendukung sektor energi bersih.

Menurut Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang energi surya sangat mendesak. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, energi surya diposisikan sebagai pilar utama dalam bauran energi baru terbarukan (EBT), menempati porsi terbesar di antara semua sumber EBT lainnya.

Tantangan SDM dan Kualitas Kontraktor Lokal

Wakil Ketua Dewan Pakar Bidang Riset dan Teknologi AESI, Arya Rezavidi, mengungkapkan bahwa proyek PLTS merupakan investasi besar dengan umur operasional panjang, sehingga dibutuhkan SDM profesional di berbagai posisi, mulai dari installer, engineer, analis regulasi dan keuangan, hingga software dan safety engineer.

“Tanpa kualitas SDM yang mumpuni, kita akan sulit bersaing, apalagi proyek-proyek seperti ini bersifat high-capex dengan masa manfaat hingga 20 tahun lebih,” kata Arya dalam pernyataan resminya, Kamis (19/6/2025).

Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah menerbitkan sejumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk mendukung pengembangan SDM di sektor ini. Beberapa regulasi penting yang telah dirilis mencakup aspek perencanaan, pemasangan, pengujian, hingga pemeliharaan PLTS.

Namun demikian, Arya juga menyoroti bahwa kualitas kontraktor lokal masih menjadi tantangan tersendiri. Meski beberapa komponen PLTS sudah bisa diproduksi di dalam negeri, kontraktor utama untuk proyek-proyek besar seperti PLTS Terapung Cirata di Jawa Barat masih berasal dari luar negeri.

“Ini menunjukkan bahwa kita belum bisa sepenuhnya mandiri dalam pelaksanaan proyek skala besar. Produktivitas pekerja lokal juga masih perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Pelatihan dan Sertifikasi: Kunci Peningkatan Kompetensi

Untuk menjawab tantangan tersebut, Arya menekankan pentingnya program pelatihan berkelanjutan dan sistem sertifikasi profesi yang diperbarui secara berkala. Berbeda dengan ijazah yang berlaku seumur hidup, sertifikasi profesi – terutama di sektor vokasional – memiliki masa berlaku terbatas dan memerlukan uji ulang setiap 3 hingga 5 tahun.

“Tanpa pembaruan kompetensi, SDM kita akan tertinggal dari negara lain yang lebih agresif dalam pengembangan energi terbarukan,” tambahnya dikutip dari Antara.

Indonesia sendiri diperkirakan memiliki potensi menciptakan sekitar 760 ribu lapangan kerja hijau dari sektor energi terbarukan dalam satu dekade mendatang, dengan energi surya menyumbang sekitar 348 ribu pekerjaan. Ini menjadi peluang besar jika dikelola dengan strategi SDM yang tepat.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru