Selasa, 30 Desember 2025

Konflik Iran-Israel Dinilai Bayangi Arah Ekonomi Dunia, Kadin Soroti Peran Indonesia di Forum Global


 Konflik Iran-Israel Dinilai Bayangi Arah Ekonomi Dunia, Kadin Soroti Peran Indonesia di Forum Global Arsip - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie (tengah kanan) bersama Presiden RI Prabowo Subianto (tengah kiri) usai menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Expo Forum Convention and Exhibition Centre, Saint Petersburg, Rusia pada Jumat (20/06/2025) (ANTARA/HO-Kadin)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menyoroti dampak serius konflik Iran-Israel terhadap arah ekonomi global. Menurutnya, ketegangan geopolitik tersebut menjadi salah satu isu utama dalam berbagai pembahasan ekonomi internasional.

Pernyataan ini disampaikan Anindya usai menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia, sebuah forum ekonomi strategis yang turut dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Sekitar 40-50 persen diskusi forum membahas konflik Iran-Israel. Ini menunjukkan besarnya pengaruh konflik tersebut terhadap ekonomi dunia,” ungkap Anindya, Sabtu (21/6/2025).

Polarisasi Barat-Timur dan Perubahan Tatanan Dunia

Anindya menilai konflik ini bukan sekadar isu geopolitik, tetapi juga mempertegas terjadinya polarisasi antara kekuatan Barat dan Timur. Ia menyebut situasi ini sebagai bagian dari proses menuju tatanan dunia yang semakin multipolar.

“Ketegangan ini menciptakan pembelahan global yang makin nyata. Dampaknya bukan hanya politik, tetapi juga ekonomi global,” jelasnya.

BRICS dan Pergeseran Kekuatan Ekonomi

Dalam kesempatan itu, Anindya juga menyoroti peran BRICS sebagai kekuatan ekonomi baru. Menurutnya, absennya Amerika Serikat dan China dalam sejumlah forum multilateral seperti APEC menjadi sinyal adanya pergeseran dinamika global.

“BRICS terus bertumbuh dan kini mencakup lebih banyak negara, termasuk Indonesia. Ini memperkuat posisi blok tersebut sebagai pemain penting dalam ekonomi dunia,” katanya.

Hingga saat ini, BRICS telah memperluas keanggotaannya dengan menerima sembilan negara baru, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Uzbekistan.

Posisi Strategis Indonesia: Jalan Tengah yang Relevan

Anindya juga menekankan strategi Indonesia yang memilih jalur tengah dalam pendekatan ekonominya—tidak sepenuhnya kapitalis seperti Barat, dan tidak pula sosialis ala China. Pendekatan hibrida ini, menurutnya, ditujukan untuk kepentingan masyarakat luas.

“Indonesia memilih pendekatan hybrid demi kemaslahatan bersama. Ini menjadi ciri khas kita dalam percaturan global,” ucap Anindya.

Menjaga Keseimbangan Hubungan Ekonomi Global

Terkait hubungan dagang dengan negara-negara besar, Anindya menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan. Ia mencontohkan negosiasi tarif dengan Amerika Serikat, dan pentingnya memiliki mitra alternatif seperti Uni Eropa melalui IEU-CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement).

“Indonesia tidak bisa hanya mengikuti tekanan satu pihak. Kita punya banyak opsi strategis, termasuk kemitraan dengan Uni Eropa yang membuka peluang-peluang baru,” tambahnya.

Indonesia Punya Tiga “Suara” Strategis di Dunia

Anindya mengakhiri dengan menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki peran unik di level internasional.

“Kita punya tiga kekuatan: satu-satunya negara Asia Tenggara di G20, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dan posisi strategis di Indo-Pasifik. Ini menjadikan Indonesia sangat relevan dalam banyak forum global,” tutupnya dikutip dari Antara.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru