Rabu, 31 Desember 2025

China Minta Jaga Stabilitas Global Usai Iran Ancam Tutup Selat Hormuz


 China Minta Jaga Stabilitas Global Usai Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Kamis (16/1/2025). ANTARA/Desca Lidya Natalia.

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Pemerintah China menyuarakan keprihatinannya terhadap rencana Iran untuk menutup Selat Hormuz, jalur strategis pengiriman minyak dan gas dunia. Langkah ini dipandang bisa mengancam kestabilan ekonomi global dan memperparah ketegangan kawasan Timur Tengah.

"Teluk Persia dan sekitarnya adalah jalur penting dalam perdagangan energi internasional. Menjaga keamanan kawasan ini adalah tanggung jawab bersama masyarakat global," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing.

Pernyataan itu muncul sehari setelah parlemen Iran menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz. Ini merupakan tindakan pertama sejak konflik berkepanjangan antara Iran dan Israel memanas kembali.

Selat Hormuz: Jalur Vital Dunia

Selat Hormuz dikenal sebagai jalur krusial bagi ekspor minyak dari negara-negara seperti Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab, Qatar, Iran, dan Kuwait. Sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari—setara dengan 20 persen konsumsi global—melintas lewat selat ini.

Data dari Badan Informasi Energi menyebut bahwa gangguan di jalur ini dapat berdampak besar terhadap pasokan energi dan harga minyak dunia. Terbukti, harga minyak Brent melonjak 2,45 persen menjadi 77,33 dolar AS per barel hanya dalam sehari, menyusul ketegangan antara Iran dan Israel.

China Serukan Deeskalasi Konflik

China menyerukan seluruh pihak untuk menahan diri dan mendorong penyelesaian damai. Guo Jiakun menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah melakukan komunikasi dengan Menlu Iran Seyed Abbas Araghchi, menyatakan kesiapan China untuk menjadi penengah dan memainkan peran konstruktif dalam meredakan konflik.

"China juga menolak serangan terhadap fasilitas nuklir Iran yang dilakukan Amerika Serikat. Itu adalah pelanggaran serius terhadap Piagam PBB dan prinsip hukum internasional," katanya.

Sebagai bagian dari respons diplomatik, China bersama Rusia dan Pakistan mengajukan rancangan resolusi ke Dewan Keamanan PBB. Resolusi tersebut menyerukan gencatan senjata segera, perlindungan terhadap warga sipil, serta dialog terbuka antarnegara yang terlibat.

Evakuasi Ribuan Warga China dari Iran dan Israel

Di tengah meningkatnya eskalasi, China telah mengevakuasi 3.125 warganya dari Iran, termasuk bayi berusia 10 bulan, lansia 70 tahun, dan sejumlah warga dari Hong Kong dan Taiwan. Operasi evakuasi dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri bersama misi diplomatik, Kementerian Transportasi, serta Otoritas Penerbangan Sipil China.

Lebih dari 500 warga China juga berhasil dievakuasi dari Israel. Selain itu, China turut membantu proses evakuasi warga negara lain, termasuk dari Inggris, India, dan Polandia.

Guo menyampaikan apresiasi atas dukungan negara-negara seperti Iran, Turki, Azerbaijan, Oman, dan Mesir dalam membantu proses evakuasi.

Meski begitu, sebagian warga China memutuskan tetap tinggal di Iran dan Israel. "Kami terus mengingatkan mereka untuk menjaga keamanan pribadi. Tim diplomatik kami tetap bertugas dan siap memberikan bantuan," tegas Guo dikutip dari Antara.

Konflik Iran-Israel Terus Makan Korban

Sejak serangan pertama Israel ke Iran, sedikitnya 430 warga Iran dilaporkan tewas dan lebih dari 3.500 orang terluka. Di sisi lain, Israel mencatat 25 korban jiwa dan ratusan korban luka.

Situasi yang kian memburuk ini menjadi perhatian dunia, mengingat potensi konflik regional yang lebih luas. China menegaskan komitmennya untuk terus mendorong solusi diplomatik dan menjaga kestabilan global.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru