Rabu, 31 Desember 2025

Strategi 3G ala Arsjad Rasjid: Bangun SDM, Perkuat Industri, dan Hijaukan Ekonomi Indonesia


 Strategi 3G ala Arsjad Rasjid: Bangun SDM, Perkuat Industri, dan Hijaukan Ekonomi Indonesia Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia, saat berbicara dalam forum Meet The Leaders di Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (19/7/2025). (Foto: Dok. Univ. Paramadina)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Tantangan ekonomi global tak bisa dihindari, namun Indonesia harus menyiapkan langkah konkret untuk tetap melaju. Itulah semangat yang dibawa Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia, saat berbicara dalam forum “Meet The Leaders” di Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (19/7/2025).

Mengangkat tema “Driving Inclusive Growth: Innovation, Industrialization and Energy Transition for Job Creation”, Arsjad mengajak publik melihat lebih dalam realitas ekonomi hari ini. Ia menekankan, pertumbuhan ekonomi bukan satu-satunya indikator keberhasilan. “Daya beli masyarakat saat ini justru merosot, menandakan bahwa masyarakat kita sedang kesulitan. Ini bukan sekadar soal angka pertumbuhan ekonomi,” ujarnya tegas di hadapan peserta yang hadir di Auditorium Benny Subianto, Kampus Kuningan.

Tantangan Serius: Daya Beli Turun, Pengangguran Tinggi, Investasi Terhambat

Di tengah situasi geopolitik yang berubah cepat—mulai dari konflik Timur Tengah, efek kebijakan Donald Trump, hingga perang Rusia-Ukraina—Arsjad menilai Indonesia tak bisa pasif. Ia menggarisbawahi bahwa meski pengangguran terbuka turun, jumlah pengangguran masih di atas 7,2 juta orang. Yang lebih memprihatinkan, sekitar 60% angkatan kerja masih berada di sektor informal.

“Struktur ekonomi kita masih rapuh. Kalau dua sumber pendapatan utama—yakni pedagang dan pekerja—mulai kehilangan daya, maka pertumbuhan ekonomi pasti menurun drastis,” ujar Arsjad.

Di sisi lain, investasi yang seharusnya membuka lapangan kerja masih menghadapi kendala klasik: perizinan rumit, urusan lahan, hingga pungutan liar. “Investor, besar maupun kecil, harus berjibaku dengan banyak masalah. Ini yang menghambat akselerasi pertumbuhan,” tambahnya.

Brain Drain dan Ancaman Bonus Demografi

Arsjad juga menyoroti makin maraknya tenaga kerja terampil Indonesia yang memilih hijrah ke luar negeri. Dari perawat hingga insinyur IT, banyak yang mencari penghidupan lebih baik di negara lain karena gaji lebih tinggi dan jaminan karier yang jelas.

“Mereka bukan tidak cinta Indonesia, tapi realitasnya di luar negeri mereka bisa dapat lima hingga delapan kali lipat gaji. Dan yang lebih ironis, banyak dari mereka terpaksa ‘kabur’ karena di sini tak ada cukup lapangan kerja,” katanya.

Ia pun mengingatkan, bonus demografi yang selama ini digadang-gadang bisa menjadi kekuatan Indonesia, justru bisa menjadi bencana. “Kalau jumlah penduduk usia produktif melonjak, tapi tak ada pekerjaan, kita akan menghadapi krisis sosial dan ekonomi yang serius,” tegasnya.

Jawaban Arsjad: Strategi 3G – Grow People, Gear Up Industry, Go Green

Sebagai solusi, Arsjad mengusung strategi 3G yang mencakup tiga pilar utama: Grow People, Gear Up Industry, dan Go Green.

1. Grow People: Membangun SDM sebagai Talenta Global

Menurut Arsjad, membangun manusia Indonesia bukan hanya soal pendidikan, tetapi bagaimana menjadikan mereka sebagai pemimpin dan inovator global. “Sayangnya, saat ini hanya 10% angkatan kerja kita lulusan perguruan tinggi. Mayoritas justru lulusan SMP dan SD. Ini PR besar,” jelasnya. Bahkan, ia menambahkan bahwa tren penurunan IQ nasional turut menjadi alarm bagi pembangunan SDM.

2. Gear Up Industry: Dorong Reindustrialisasi Berbasis Nilai Tambah

Pilar kedua menekankan pentingnya mendorong reindustrialisasi, terutama di sektor hilirisasi dan manufaktur strategis. Menurut Arsjad, ini bisa menyumbang hingga 25 miliar dolar AS terhadap PDB Indonesia.

“Reindustrialisasi ini harus adil dan merata, tidak hanya di Pulau Jawa. UMKM harus ikut terlibat aktif, agar industrialisasi bisa menciptakan pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” katanya.

3. Go Green: Transisi Energi sebagai Peluang, Bukan Beban

Terakhir, Arsjad menyoroti pentingnya transisi energi sebagai peluang membangun ekonomi hijau. Ini mencakup pelatihan ulang tenaga kerja dari sektor tinggi emisi, akses pembiayaan hijau untuk UMKM, dan pelibatan masyarakat lokal dalam proyek energi terbarukan.

“Transisi ini tak bisa dilihat sebagai beban. Kalau dikelola benar, ini justru peluang pertumbuhan ekonomi baru,” ujarnya optimistis.

Universitas Paramadina dan Komitmen Menumbuhkan Pemimpin Masa Depan

Acara “Meet The Leaders” ini bukan sekadar diskusi. Lebih dari itu, forum ini menjadi jembatan bagi sivitas akademika dan publik untuk menyerap pengalaman dari para tokoh nasional.

Dengan semangat “Bertemu, Terinspirasi, Menjadi”, Universitas Paramadina terus menghadirkan pemimpin-pemimpin inspiratif ke tengah mahasiswa sebagai bagian dari upaya membentuk generasi pemimpin masa depan yang tangguh dan berpandangan luas.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru