Loading
Pekerja menyelesaikan pesanan produk tekstil untuk ekspor di pabrik PT Sari Warna Asli Tekstil (Sari Warna) Solo, Jawa Tengah, Kamis (17/7/2025). (ANTARAFOTO/Maulana Surya/agr)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki Indonesia diprediksi menjadi sektor yang paling terpukul akibat kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat (AS) yang akan diberlakukan mulai 1 Agustus 2025. Tarif sebesar 19% untuk produk asal Indonesia ini berpotensi mengganggu kinerja ekspor nasional ke pasar AS.
Ahmad Heri Firdaus, Peneliti dari Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menyatakan bahwa ketiga sektor tersebut selama ini menjadi kontributor ekspor terbesar Indonesia ke AS. Ia menekankan bahwa industri-industri ini juga bersifat padat karya, melibatkan tenaga kerja dari sektor informal hingga formal.
“Pekerjaan rumah kita adalah bagaimana mencari strategi agar produk tekstil dan alas kaki kita tetap diminati di pasar Amerika. Ketergantungan kita cukup besar, sementara persaingan semakin ketat,” ujar Heri dalam sebuah diskusi publik di Jakarta, Senin (21/7/2025).
Kalah Efisien dari Negara Pesaing
Heri menambahkan, dari sisi daya saing, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara pesaing seperti Vietnam, India, Bangladesh, dan Malaysia. Negara-negara tersebut dinilai telah berhasil melakukan efisiensi biaya produksi—mulai dari bahan baku, listrik, logistik, hingga transportasi—sehingga harga jual produk mereka tetap kompetitif saat masuk pasar AS.
“Ketika produk Indonesia dibebankan tarif tambahan, sedangkan produk dari negara lain lebih efisien dan murah, kita akan kesulitan bersaing. Ini ancaman serius untuk sektor padat karya,” tegasnya.
Sektor Sawit Masih Unggul
Berbeda dengan industri tekstil dan alas kaki, sektor turunan kelapa sawit dinilai lebih tahan terhadap dampak kebijakan tarif tersebut. Heri menyebut Indonesia memiliki keunggulan komparatif karena menjadi salah satu produsen utama di dunia bersama Malaysia.
“Untuk produk turunan sawit, kita masih punya keunggulan karena memang tidak banyak negara lain yang bisa menyaingi. Ini menjadi faktor penyelamat,” pungkasnya dikutip Antara.
Dengan ancaman tarif baru dari AS, pelaku industri diimbau segera memperkuat efisiensi, inovasi, dan diversifikasi pasar ekspor agar tak terlalu bergantung pada satu negara tujuan. Jika tidak diantisipasi sejak sekarang, jutaan pekerja di sektor tekstil dan alas kaki bisa ikut terdampak.