Loading
Program Manager Dekorbonisasi Industri IESR Juniko Nur Pratama dalam media brief dekarbonisasi industri di Jakarta, Selasa (22/7/2025). (ANTARA/Muzdaffar Fauzan
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Transformasi menuju industri hijau bukan hanya penting bagi keberlanjutan lingkungan, tapi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan. Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebutkan bahwa sektor industri hijau berpotensi membuka hingga 1,7 juta lapangan kerja baru hingga tahun 2045 dan menyumbang sekitar Rp638 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2030.
Menurut Juniko Nur Pratama, Program Manager Dekarbonisasi Industri IESR, proyeksi ini dapat terwujud jika industri hijau memperoleh investasi yang memadai. Ia menambahkan, investasi tersebut juga bisa mendorong rata-rata pertumbuhan ekonomi hingga 6,3 persen per tahun sampai 2045.
“Dengan dukungan investasi yang kuat, industri hijau dapat menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan,” ujar Juniko dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (22/7/2025).
Kebutuhan Investasi Capai Rp4,65 Kuadriliun
Untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030, IESR memperkirakan industri hijau membutuhkan investasi sekitar USD 285 miliar atau setara dengan Rp4,65 kuadriliun. Saat ini, sektor keuangan telah mengalokasikan sekitar USD 41,67 miliar (Rp680 triliun), dan pemerintah melalui anggaran perubahan iklim menyumbang USD 96,9 miliar (Rp1,5 kuadriliun).
Baca juga:
Industri Hijau Diproyeksi Buka 1,7 Juta Lapangan Kerja dan Tambah Rp638 Triliun ke PDB NasionalNamun demikian, masih terdapat kesenjangan investasi sebesar USD 146,43 miliar atau sekitar Rp2,3 kuadriliun yang perlu ditutup agar target dekarbonisasi industri dapat tercapai.
Lima Pilar Menuju Industri Rendah Karbon
IESR juga menekankan lima pilar utama dalam mendorong industri menuju net zero emissions (NZE), yaitu:
1. Dekarbonisasi sistem ketenagalistrikan
2. Penggunaan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
3. Peningkatan efisiensi energi
4. Efisiensi penggunaan sumber daya
5. Pemanfaatan teknologi hijau dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2023, sektor industri ditargetkan dapat menghemat energi hingga 5,28 juta ton setara minyak (MTOE) pada 2030. Namun, hingga 2023, baru 217 dari 450 perusahaan industri yang melaporkan pelaksanaan manajemen energi mereka.
Target Efisiensi Energi Masih Jauh
Hasil analisis IESR menunjukkan bahwa beberapa industri di Indonesia sudah memiliki intensitas energi yang lebih baik dari rata-rata global. Meski begitu, untuk benar-benar mencapai target emisi nol bersih, dibutuhkan upaya yang lebih besar.
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), peningkatan efisiensi energi perlu dinaikkan dua kali lipat dalam dekade ini — dari 2 persen pada 2022 menjadi lebih dari 4 persen per tahun hingga 2030. Angka ini jauh di atas target pemerintah dalam skenario NZE, yang hanya mematok peningkatan efisiensi sebesar 1,8 persen per tahun.