Rabu, 31 Desember 2025

BI Kurangi SRBI dan Longgarkan Likuiditas untuk Dorong Penyaluran Kredit Perbankan


 BI Kurangi SRBI dan Longgarkan Likuiditas untuk Dorong Penyaluran Kredit Perbankan Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI Erwin Gunawan Hutapea (kiri) dalam Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (24/7/2025). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Bank Indonesia (BI) terus memperkuat langkah pelonggaran likuiditas guna mendorong penyaluran kredit perbankan. Salah satu strategi yang dijalankan adalah menurunkan posisi outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) secara bertahap.

Hingga 14 Juli 2025, total SRBI tercatat sebesar Rp782,62 triliun, menurun signifikan dibandingkan posisi awal tahun sebesar Rp923,53 triliun. Dengan demikian, BI telah mengurangi SRBI sebesar Rp140,91 triliun dalam enam bulan terakhir.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI, Erwin Gunawan Hutapea, menjelaskan bahwa penyesuaian SRBI dilakukan secara bertahap agar tetap selaras dengan dinamika pasar dan mendukung penurunan suku bunga secara efektif.

“Dari awalnya Rp923 triliun, sekarang posisinya sudah turun ke sekitar Rp770 triliun. Ini bagian dari strategi kami dalam memperkuat ekspansi likuiditas,” ujarnya dalam Taklimat Media di Jakarta, Kamis (24/7/2025).

Erwin menambahkan, BI juga melakukan redistribusi tenor SRBI dari jangka panjang (6, 9, dan 12 bulan) ke tenor yang lebih pendek. Tujuannya adalah menyediakan likuiditas yang lebih fleksibel, agar perbankan dapat segera merespons permintaan kredit sesuai dengan profil risiko yang mereka anggap layak.

Langkah ini dilengkapi dengan pemantauan ketat terhadap respons pasar uang. “Kami terus memonitor dampaknya, baik dari sisi pasar uang maupun efektivitas transmisi kebijakan moneter,” jelas Erwin.

Selain SRBI, BI juga memperkuat pelonggaran likuiditas melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Hingga 15 Juli 2025, nilai pembelian SBN oleh BI mencapai Rp102,58 triliun.

“Ketika BI membeli SBN di pasar sekunder, maka likuiditas dalam sistem keuangan otomatis bertambah. Ini bagian dari upaya kami menjaga kecukupan likuiditas di pasar,” kata Erwin dikutip Antara.

Untuk bank yang tidak memiliki cukup SBN, BI menyediakan fasilitas tambahan berupa akses repo dan lelang swap valas. Mekanisme ini memungkinkan bank menukar dolar AS yang mereka miliki untuk memperoleh likuiditas dalam bentuk rupiah.

Sinyal pelonggaran moneter juga terlihat dari keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Juli 2025 yang memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Sejak awal 2025, BI telah menurunkan BI-Rate sebanyak tiga kali dengan total 75 basis poin.

Efek penurunan suku bunga mulai terlihat di pasar uang. Suku bunga INDONIA serta imbal hasil SRBI dengan tenor 6, 9, dan 12 bulan mengalami penurunan. Namun demikian, suku bunga kredit perbankan belum menunjukkan penurunan signifikan, masih bertahan di level 9,16 persen pada Juni 2025, sedikit turun dari 9,18 persen pada Mei.

Di sisi lain, pertumbuhan kredit perbankan melambat. Pada Juni 2025, kredit hanya tumbuh sebesar 7,77 persen secara tahunan (year on year), lebih rendah dibandingkan 8,43 persen pada Mei.

BI mencatat bahwa bank masih cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit, meskipun Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 6,96 persen (yoy) pada Juni. Banyak bank lebih memilih menempatkan dana pada instrumen surat berharga, alih-alih menyalurkannya dalam bentuk pinjaman.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru