Loading
Kepala Biro Perekonomian dan Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta Mochamad Abbas dalam acara bertema
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta optimistis ekonomi dan keuangan syariah akan menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan daerah. Berdasarkan proyeksi, sektor ini berpotensi menyumbang lebih dari Rp100 triliun terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta pada tahun 2030.
“Kami memprediksi, hingga 2030, kontribusi ekonomi dan keuangan syariah bisa melampaui Rp100 triliun. Ini skenario optimistis yang bisa tercapai jika semua pihak bersinergi,” ujar Kepala Biro Perekonomian dan Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta, Mochamad Abbas, dalam acara Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Abbas menjelaskan, keberhasilan target tersebut sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM), hingga masyarakat umum. Salah satu wadah yang dioptimalkan adalah Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS).
“Ekonomi syariah berdiri di atas prinsip saling menguntungkan, tanpa riba dan bunga. Sistem ini mendorong kegiatan ekonomi yang bermanfaat, adil, transparan, dan berbasis transaksi riil. Format seperti ini sangat cocok untuk kota metropolitan seperti Jakarta,” terangnya.
Meski potensinya besar, tantangan tetap ada. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2024 menunjukkan tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia baru mencapai 39,11 persen, sementara tingkat inklusi hanya 12,88 persen. Artinya, hampir 40 persen masyarakat sudah memahami konsep ekonomi syariah, namun belum banyak yang menerapkannya.
Menurut Abbas, kesenjangan tersebut justru membuka peluang besar untuk pengembangan sektor ini. Ia melihat tren positif dalam minat masyarakat terhadap produk dan layanan syariah, mulai dari tabungan, asuransi, pegadaian syariah, hingga sektor riil seperti UMKM dan pariwisata halal.
“Dengan strategi yang tepat, bukan hanya nilai ekonomi yang tumbuh, tetapi juga kualitas pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” tutupnya dikutip Antara.