Rabu, 31 Desember 2025

Airlangga Targetkan Pembahasan Tarif Dagang dengan AS Rampung Desember 2025


 Airlangga Targetkan Pembahasan Tarif Dagang dengan AS Rampung Desember 2025 Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Antaranews/Antara/Arnidhya Nur Zhafira)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menargetkan pembahasan tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) rampung pada Desember 2025.

“Deadline tahun ini, bulannya, ya, Desember,” ujar Airlangga saat ditemui di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan RI, Jakarta, Senin.

Airlangga menjelaskan bahwa negosiasi antara kedua negara masih berlangsung secara intensif dan kini telah memasuki tahap penyusunan aspek hukum atau legal drafting.

“Negosiasi dengan AS terus berjalan. Saat ini kita sedang membahas detail dalam tahap legal drafting, dan tentu proses ini membutuhkan waktu,” katanya dikutip Antara.

Sementara itu, dinamika ekonomi global turut memengaruhi arah pembahasan tarif dagang. Penutupan sebagian pemerintahan (shutdown) Amerika Serikat masih berlangsung, menyebabkan keterlambatan rilis sejumlah data ekonomi resmi. Kondisi ini membuat investor lebih memperhatikan laporan ekonomi yang dirilis oleh lembaga swasta dalam beberapa waktu terakhir.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS menyampaikan rencana untuk berdialog dengan mitra dagang dari China, di tengah meningkatnya tensi hubungan ekonomi antara kedua negara. Presiden Donald Trump juga menyebut kemungkinan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir Oktober 2025 masih terbuka.

Pernyataan tersebut memunculkan optimisme bahwa kebijakan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap produk China yang dijadwalkan berlaku pada 1 November 2025 mungkin akan ditunda.

Meski begitu, ketegangan antara AS dan China kembali meningkat setelah China pada Kamis, 9 Oktober 2025, mengumumkan pembatasan ekspor unsur tanah jarang yang memperluas kontrol atas teknologi pemrosesan dan manufaktur. Kebijakan itu juga melarang kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin pemerintah China.

Sebagai tanggapan, Presiden Donald Trump menuduh China bersikap “sangat bermusuhan” dan menilai kebijakan tersebut menjadikan Amerika Serikat serta negara lain sebagai “sandera” melalui pengetatan ekspor secara mendadak.

Perhatian pelaku pasar global pun masih tertuju pada perkembangan perang dagang antara AS dan China, serta laporan kinerja keuangan kuartal III 2025 yang akan berpengaruh terhadap pergerakan di bursa Wall Street.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru