Rabu, 31 Desember 2025

Kebangkrutan Perusahaan di Jepang Diprediksi Tembus 10.000 Kasus pada 2025


 Kebangkrutan Perusahaan di Jepang Diprediksi Tembus 10.000 Kasus pada 2025 Menara Tokyo dan pemandangan kota di Tokyo, Jepang, 17 November 2025. ANTARA/Xinhua/Jia Haocheng.

TOKYO, ARAHKITA.COM — Jepng kembali menghadapi tekanan ekonomi yang serius. Sepanjang Januari hingga November tahun ini, tercatat 9.372 perusahaan bangkrut, dan angka tersebut diperkirakan akan menembus 10.000 kasus pada 2025, menjadikannya tahun kedua berturut-turut dengan gelombang kebangkrutan tinggi. Data ini terungkap melalui laporan Tokyo Shoko Research yang dikutip media lokal.

Pada November saja, jumlah perusahaan yang tumbang dan memiliki utang minimal 10 juta yen tercatat 778 kasus, turun 7,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski menurun secara bulanan, gambaran keseluruhan menunjukkan tekanan yang belum mereda bagi sektor bisnis Jepang.

Di sisi lain, total liabilitas perusahaan anjlok hingga 48,6 persen menjadi 82,4 miliar yen. Penurunan ini dipengaruhi berkurangnya jumlah kasus kebangkrutan dengan utang besar — yakni yang melibatkan liabilitas di atas 500 juta yen.

Sektor Jasa Paling Terimbas

Jika dibedah berdasarkan sektor industri, sektor jasa mencatatkan kebangkrutan tertinggi pada November dengan 250 kasus. Angka ini memang lebih rendah 17,8 persen dibanding tahun lalu, namun tetap menunjukkan kerentanan bisnis-bisnis kecil yang terpukul oleh kenaikan harga, menyusutnya permintaan, hingga kekurangan tenaga kerja.

Usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi kelompok yang paling rentan menghadapi tekanan tersebut, terutama di tengah biaya operasional yang terus meningkat.

Inflasi dan Pelemahan Yen Jadi Biang Kerok

Survei yang sama mencatat, kebangkrutan terkait inflasi mencapai 700 kasus sepanjang Januari–November, naik 7,4 persen. Melemahnya yen dalam beberapa tahun terakhir ikut memperburuk situasi karena mendorong kenaikan harga pangan, energi, dan bahan pokok lainnya, yang kemudian mempersempit ruang gerak arus kas perusahaan dilansir Antara.

Dengan tekanan ekonomi yang belum menunjukkan tanda mereda, para analis memperkirakan tren kebangkrutan ini masih akan berlanjut hingga tahun depan — menandakan kebutuhan mendesak akan kebijakan yang mampu meredam efek inflasi dan membantu stabilisasi dunia usaha Jepang.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru