Loading
Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center sedang memaparkan hasil Riset Inventure–Alvara 2025 dalam Business Outlook 2026: Winning in The Era of Dormant Economy, Selasa (9/12/2025) di Jakarta. (Foto: Istimewa)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Perlambatan ekonomi yang berlangsung sejak awal tahun mulai tercermin nyata pada cara masyarakat mengelola keuangannya. Survei Inventure–Alvara 2025 terhadap 600 responden menunjukkan adanya reposisi besar-besaran dalam penggunaan produk perbankan. Di era dormant economy, konsumen tidak hanya berhemat, tetapi juga melakukan rekayasa ulang strategi finansial mereka secara menyeluruh.
Hasil riset tersebut dipaparkan dalam Business Outlook 2026: Winning in The Era of Dormant Economy, Selasa (9/12/2025) di Jakarta. Perubahan perilaku finansial yang teridentifikasi dinilai tidak bersifat parsial, melainkan membentuk pola sistematis yang mulai menggeser struktur permintaan layanan perbankan.
Temuan #1: Kredit Turun, Tabungan Meningkat
Produk kredit menjadi sektor yang paling tertekan. Transaksi kartu kredit, pinjaman pribadi, hingga kredit kendaraan mengalami penurunan signifikan karena mayoritas nasabah memilih menghindari komitmen finansial baru. Kredit yang sebelumnya menjadi pendorong pertumbuhan bank, kini dipandang sebagai sumber risiko.
Sebaliknya, transaksi tabungan berjangka dan deposito menunjukkan peningkatan. Peralihan ini mempertegas bahwa likuiditas menjadi prioritas utama masyarakat dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Managing Partner Inventure, Yuswohady, menjelaskan bahwa fenomena tersebut mencerminkan logika frugal. “Frugal consumer sangat sensitif terhadap komitmen jangka panjang. Mereka meminimalkan kredit karena tidak ingin kehilangan fleksibilitas. Tabungan dan deposito menjadi benteng pertama menjaga arus kas,” ujarnya.
Temuan #2: Konsumen Frugal Menghindari Risiko, Beralih ke Aset Aman
Sebanyak 72 persen responden tercatat mengalihkan investasinya dari instrumen berisiko ke aset yang lebih stabil seperti deposito, emas, dan obligasi. Perpindahan ini merupakan bentuk flight to safety di tengah perlambatan ekonomi berkepanjangan.
CEO Alvara Research Center, Hasannudin Ali, menilai langkah tersebut sangat rasional. “Nasabah kini menempatkan keamanan aset di atas potensi imbal hasil tinggi. Mereka memilih stabilitas ketimbang spekulasi,” ungkapnya.
Temuan #3: Fokus pada Keamanan Jangka Panjang
Temuan lain menunjukkan bahwa 56 persen responden mulai memprioritaskan produk keuangan jangka panjang seperti asuransi pendidikan, asuransi jiwa, dan dana pensiun. Pergeseran ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya bertahan, tetapi membangun perlindungan keuangan yang lebih struktural.
Menurut Yuswohady, tren tersebut menandai babak baru dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. “Konsumen sadar bahwa bertahan tidak cukup. Mereka membangun benteng jangka panjang melalui asuransi dan dana pensiun yang menawarkan stabilitas dan kepastian,” katanya.