Rabu, 31 Desember 2025

DPK Terkonsentrasi di Bank Jumbo, Ekonom Ingatkan Potensi Risiko Sistemik


 DPK Terkonsentrasi di Bank Jumbo, Ekonom Ingatkan Potensi Risiko Sistemik Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center Christiantoko. ANTARA/HO-NEXT Indonesia Center.

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Konsentrasi dana pihak ketiga (DPK) yang terlalu besar di bank-bank papan atas dinilai menyimpan potensi risiko bagi stabilitas sistem keuangan nasional. Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, yang menekankan pentingnya tata kelola perbankan yang kuat dan berkelanjutan.

Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025, empat bank yang masuk kategori KBMI IV—Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA—menguasai 53,44 persen dari total DPK nasional yang mencapai Rp9.329 triliun. Dominasi ini menegaskan peran sentral bank-bank besar dalam menjaga likuiditas sektor perbankan.

“Posisi mereka memang sangat kuat dalam struktur likuiditas nasional. Namun, konsentrasi DPK yang terlalu tinggi juga berpotensi menimbulkan risiko sistemik apabila tidak diiringi dengan tata kelola dan manajemen risiko yang solid,” ujar Christiantoko dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (14/12/2025).

Sebagai informasi, DPK merupakan dana masyarakat yang disimpan di bank dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka. Dana ini menjadi sumber utama pembiayaan bank, baik untuk penyaluran kredit maupun menjaga stabilitas likuiditas.

Jika ditelaah lebih rinci, Bank Central Asia (BCA) tercatat sebagai bank dengan penghimpunan tabungan terbesar. Berdasarkan laporan triwulanan OJK per Juni 2025, nilai tabungan BCA mencapai Rp587,5 triliun. Angka ini melampaui capaian bank-bank BUMN seperti BRI sebesar Rp554,7 triliun, Bank Mandiri Rp529,6 triliun, dan BNI Rp265,1 triliun.

Menurut Christiantoko, capaian tersebut mencerminkan perubahan perilaku masyarakat yang semakin selektif dalam memilih bank. Faktor kepercayaan kini tidak hanya ditentukan oleh nama besar, tetapi juga oleh kualitas layanan digital yang stabil, aman, dan andal.

“Loyalitas nasabah saat ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman bertransaksi. Teknologi yang reliabel membuat nasabah merasa lebih nyaman, mudah, dan aman dalam mengelola keuangannya,” pungkasnya dikutip Antara.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru