Rabu, 31 Desember 2025

Rupiah Diprediksi Sedikit Melemah, Trader Valas Tak Terpengaruh Volatilitas Saham


 Rupiah Diprediksi Sedikit Melemah, Trader Valas Tak Terpengaruh Volatilitas Saham Rupiah diprediksi sedikit melemah. (Net)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Rupiah tampak sedikit melemah terhadap dolar AS mendekati akhir pekan ini. USDIDR menguat 0.01% ke 13767 pada saat laporan ini dituliskan. Peningkatan ini menurut Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga sepertinya disebabkan oleh dolar AS yang menguat.

Saat ini kata Lukman, dolar juga menguat terhadap Baht Thailand, Yuan Tiongkok, Peso Filipina, dan Dolar Taiwan. Ini menyiratkan bahwa minat beli terhadap dolar membuat rupiah melemah. "Kita tidak sedang mengobarkan perang perdagangan dengan Tiongkok. Orang-orang bodoh, atau tidak kompeten, yang mewakili AS telah kalah dalam perang itu sejak lama. Sekarang kita punya Defisit Perdagangan $500 Miliar per tahun, dan Pencurian Properti Intelektual $300 Miliar. Ini tidak bisa dibiarkan," ungkap Donald Trump dikutip Lukman.

Lukman mengatakan pekan yang bergejolak di pasar finansial. Dow Jones, turun 379 poin pada pembukaan hari Rabu (4/4/2018) dan penurunan ini mencapai 510 poin pada menit pertama trading setelah Tiongkok mengancam untuk memberlakukan tarif 25% pada $50 miliar barang AS sebagai balasan atas proposal Trump untuk menerapkan tarif pada barang Tiongkok.

Larry Kudlow, Direktur Dewan Ekonomi Nasional baru, mengimbau investor untuk tidak "bereaksi berlebihan. Ia mengatakan bahwa tarif ini mungkin hanya taktik negosiasi yang akhirnya tak akan diberlakukan. Kudlow menurut Lukman sepertinya berhasil meyakinkan investor bahwa yang terjadi saat ini hanyalah perang retorika dan bukan ancaman perang perdagangan yang nyata. Pada akhir sesi trading AS yang sama, Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ menguat 0.96%, 1.16% dan 1.45%. “Saya tetap yakin bahwa kedua ekonomi terbesar dunia ini akan menemui titik tengah. Walaupun Tiongkok akan lebih terpukul apabila tarif diberlakukan, basis politik Trump akan sangat terpukul pula apabila Beijing memberlakukan tarif 25% pada kedelai. Kaum petani memberi suara pada Trump, dan Trump tidak mungkin membalas budi dengan menghantam importir terbesarnya,”kata Lukman. Trader valas tambah Lukman sepertinya cukup memahami situasi. Walaupun saham mengalami ketegangan dan volatilitas, pasar valas tetap tenang. Indeks Dolar diperdagangkan di rentang 89.82-90.27 selama enam hari terakhir.

Trader valas lebih berfokus pada gambaran makro dan sejauh ini tampaknya tidak ada perubahan signifikan pada tren inflasi, pertumbuhan, lapangan kerja, dan kebijakan moneter. Tampaknya harga valas telah cukup merefleksikan situasi pada saat ini. “Jika pendapat saya salah, dan ketegangan dagang terus memburuk, maka Yen Jepang adalah pilihan terbaik saya. Mata uang safe haven ini berpotensi menguat 5-10% dari level saat ini apabila AS dan Tiongkok benar-benar mengimplementasikan proposal tarif,”pungkas Lukman.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru