Selasa, 30 Desember 2025

Ambon: Musik yang Menyembuhkan Luka, Menyatukan Harapan


 Ambon: Musik yang Menyembuhkan Luka, Menyatukan Harapan Ilustrasi - Pemuda Muslim & Kristen bernyanyi bersama dengan lanskap Ambon (laut & bukit). Simbol dua rumah ibadah berdampinga. Burung merpati sebagai lambang damai. Nada sebagai jembatan persahabatan. (Foto: ChatGPTAI)

GLOBAL HARMONY | CULTURE CONNECT

Ketika Nada Menjadi Bahasa Perdamaian

PADA suatu sore yang hangat di Ambon, suara tifa berpadu dengan lantunan lagu rohani. Di panggung sederhana itu berdiri para pemuda—ada yang mengenakan jilbab, ada yang mengenakan kalung salib. Mereka bernyanyi bersama, saling pandang, saling tersenyum.

Sejenak, siapa pun yang berdiri di antara mereka akan lupa bahwa kota ini pernah dilanda luka mendalam: konflik agama yang memisahkan tetangga, sahabat, bahkan keluarga sendiri. Namun hari ini, yang terdengar bukan lagi teriakan dan ketakutan—melainkan harmoni dari jalur nada.

Setelah Luka, Musik Mengembalikan Makna Hidup

Ambon pernah menjadi headline dunia karena kerusuhan 1999–2003.Namun pasca konflik, muncul gerakan baru: rekonsiliasi melalui musik.

Salah satu simbolnya adalah paduan suara lintas iman yang dipelopori komunitas pemuda. Mereka berlatih bukan hanya untuk menampilkan lagu indah, melainkan untuk belajar percaya kembali.

Di ruang latihan itu, mereka menemukan sesuatu yang dulu terasa hilang: kebersamaan tanpa syarat.“Kalau kita bisa bernyanyi bersama, kita juga bisa hidup bersama,” seorang anggota choir lintas iman Ambon

Glen Fredly, Warisan Cinta untuk Damai

Nama Glen Fredly menjadi inspirasi besar di tanah kelahirannya. Dalam banyak karyanya, Glen selalu menekankan cinta dan perdamaian. Ia percaya musik mampu menyentuh wilayah terdalam manusia—lebih dalam dari perdebatan agama dan politik.

Melalui Peace Provocateur dan berbagai panggung musik sosial, ia menyuarakan rekonsiliasi Ambon ke dunia luar. Wafatnya pada 2020 membuat Indonesia kehilangan suara emas perdamaian—tetapi pesannya tetap dinyanyikan di negeri seribu pulau ini.

Musik menjadi cara Ambon berkata kepada dunia: “Kami pernah terluka. Tapi kami memilih untuk sembuh.”

Nada yang Menembus Batas Agama

Di banyak sudut kota, berbagai komunitas musik kini menjadi tempat pemuda Muslim dan Kristen berkolaborasi:

Grup ukulele yang tampil di acara lintas gereja–masjid

  • Pelatihan musik gratis bagi anak pesantren dan sekolah minggu
  • Konser perdamaian yang dihadiri tokoh dua agama
  • Festival Baku Dapa yang menggabungkan tifa, bass, dan seruling

Semua berbagi keyakinan yang sama:suara lebih kuat dari kebisingan perpecahan.

Dari Ambon untuk Dunia

Banyak tamu mancanegara datang mempelajari bagaimana Ambon bangkit. UNESCO kemudian menetapkan Ambon sebagai Kota Musik Dunia (2019)—bukan hanya karena talenta musiknya, tetapi karena musik menjadi jalan rekonsiliasi.

Ambon hadir sebagai contoh nyata bahwa harmoni, ketika dirawat, dapat tumbuh kembali bahkan dari puing luka terdalam. Damai tidak lahir dari melupakan masa lalu, tapi berani menghadapi dan menyembuhkannya—bersama.

Bila Nada Bisa, Kita Pun Bisa

Musik memang tidak dapat menghilangkan trauma begitu saja. Tetapi ia mampu melunakkan hati yang mengeras, mengajak dua tangan kembali berjabat, dan mengembalikan harapan yang nyaris hilang.

Ambon mengajarkan kita bahwa perdamaian tidak datang dari pidato yang lantang— melainkan dari lagu yang dinyanyikan bersama.

Global Harmoni: Menghubungkan Nilai, Merawat Perbedaan

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Global Harmony Terbaru