Selasa, 30 Desember 2025

Inovasi Hijau di Industri Sawit: Kuncinya Ada pada Kepemimpinan yang Visioner


 Inovasi Hijau di Industri Sawit: Kuncinya Ada pada Kepemimpinan yang Visioner CEO BWPT Henderi Djunaidi (kedua kiri), pakar keberlanjutan dan pengelolaan sampah Mohamad Bijaksana Junerosano (kiri), Guru Besar Kebijakan Agribisnis di IPB Bayu Krisnamurthi (kedua kanan) dalam diskusi bertajuk Inovasi Hijau dari Indonesia untuk Dunia, di Jakarta, Kamis (16/10/2025). ANTARA/Harianto

JAKARTA, ARAHKITA.COM —Inovasi hijau dalam industri sawit tidak bisa sekadar menjadi slogan, apalagi hanya untuk pencitraan lingkungan. Menurut Guru Besar Kebijakan Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB), Bayu Krisnamurthi, langkah menuju industri sawit yang berkelanjutan harus berawal dari kesadaran para pemimpin perusahaan.

“Menjadi hijau itu datang dari leadership. Kalau kesadaran itu tumbuh dari pimpinan, dampaknya akan jauh lebih kuat dibanding hanya dorongan eksternal,” ujar Bayu dalam diskusi “Inovasi Hijau dari Indonesia untuk Dunia” di Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Bayu menekankan bahwa konsep “hijau” bukan hanya soal warna dedaunan atau kampanye lingkungan, melainkan cara berpikir dan bertindak yang menjaga keberlanjutan alam secara konsisten. Dalam pandangannya, hijau bukan kondisi absolut, melainkan proses panjang menuju perbaikan terus-menerus.

“Tidak ada perusahaan yang langsung sempurna. Yang penting adalah bagaimana mereka terus bergerak ke arah yang lebih baik,” tambahnya.

Budaya Hijau Lebih Penting dari Produk Spektakuler

Menurut Bayu, perusahaan dengan budaya inovatif dan berorientasi hijau akan memiliki nilai lebih dibanding perusahaan yang hanya menghasilkan produk spektakuler. Produk bisa saja usang, tapi nilai keberlanjutan akan hidup lama di dalam sistem perusahaan.

“Produk bisa bagus hari ini, tapi besok bisa jadi kuno. Kalau perusahaan punya kultur yang inovatif dan berpikir hijau, kekuatannya justru akan makin besar,” tegasnya.

Banyak perusahaan, lanjut Bayu, awalnya terdorong menerapkan prinsip hijau karena tekanan regulasi, seperti kewajiban laporan keberlanjutan. Namun, pemimpin yang memiliki kesadaran hijau akan mampu mengubah tekanan itu menjadi semangat intrinsik yang menggerakkan seluruh tim.

Sawit dan Peluang Menuju Industri Lebih Hijau

Industri sawit, kata Bayu, justru memiliki potensi besar menjadi sektor hijau karena bersentuhan langsung dengan alam. Namun, potensi itu hanya akan terwujud jika pelaku usaha terus berinovasi dan memperkuat tanggung jawab sosial serta lingkungan.

Ia mengingatkan bahwa ukuran kemajuan sebaiknya tidak dilihat dari besarnya kampanye atau proyek, melainkan dari aksi nyata yang memberi dampak langsung bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

“Mana lebih baik, lima kali seminar tentang penghijauan atau menanam lima batang pohon? Menanam, kan? Walau kecil, tapi nyata,” ujarnya mencontohkan.

Inovasi Hijau Adalah Ekosistem, Bukan Proyek

Bayu juga mengingatkan bahwa inovasi hijau tidak bisa berjalan sendiri. Ia menggambarkannya sebagai ekosistem yang saling terhubung, di mana kolaborasi antara industri, akademisi, peneliti, dan media menjadi kunci.

Menurutnya, keberhasilan inovasi hijau bukan diukur dari skala proyek, tetapi dari sejauh mana manfaatnya dirasakan oleh manusia, lingkungan, dan komunitas lokal yang berada dalam rantai nilai industri tersebut.

“Hijau itu hidup. Ia tumbuh dalam kerja sama dan kesadaran kolektif, bukan dalam proyek jangka pendek,” tutup Bayu dilansir Antara.

Pesan utama dari Bayu Krisnamurthi jelas: inovasi hijau dalam industri sawit hanya akan bertahan jika dipimpin oleh kepemimpinan visioner yang menanamkan nilai keberlanjutan sebagai budaya perusahaan. Ketika semangat itu hidup dari dalam, maka hijau bukan lagi kewajiban, melainkan identitas.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru