Selasa, 30 Desember 2025

Biofuel Sorgum Jadi Strategi Toyota Hadapi Tantangan Dekarbonisasi


 Biofuel Sorgum Jadi Strategi Toyota Hadapi Tantangan Dekarbonisasi Toyota Tengah kembangkan produksi biofuel berbahan dasar sorgum. (RRI/Ist)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Toyota Motor Corp. tengah mengembangkan teknologi produksi biofuel berbahan dasar sorgum di Kota Okuma, Prefektur Fukushima, Jepang. Proyek ini dilakukan di lahan pertanian seluas sekitar 5.000 meter persegi yang berada di wilayah terdampak bencana nuklir Fukushima Daiichi pada 2011.

Sekitar 30.000 tanaman sorgum kini tumbuh di lahan tersebut. Namun, tanaman ini tidak ditujukan untuk konsumsi pangan maupun pakan ternak, melainkan sebagai bahan baku bioetanol yang dapat dicampur dengan bensin untuk menghasilkan biofuel rendah emisi.

Langkah ini mencerminkan strategi Toyota yang tetap mendukung kendaraan bermesin pembakaran internal di tengah perlambatan adopsi kendaraan listrik. Produsen otomotif terbesar Jepang itu menilai mobil berbahan bakar bensin masih akan dibutuhkan dalam beberapa waktu ke depan, sehingga dekarbonisasi bahan bakar menjadi fokus penting.

Toyota mulai menyewa lahan pertanian tersebut pada 2019, setelah perintah evakuasi dicabut, dan memulai penanaman sorgum pada 2022. Selain varietas komersial, perusahaan menanam 88 varietas hasil persilangan yang dirancang untuk tumbuh lebih cepat dan menghasilkan biomassa lebih besar.

Beberapa varietas dimodifikasi agar tidak mengalami perlambatan pertumbuhan saat memasuki fase pembentukan biji. Dengan pendekatan ini, Toyota menargetkan hasil panen dua kali lipat dibandingkan sorgum komersial pada umumnya.

Setelah dipanen, gula yang terkandung dalam batang dan daun sorgum akan difermentasi menjadi bioetanol. Karena sorgum menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis, biofuel berbahan tanaman ini dinilai dapat membantu mengimbangi emisi karbon secara keseluruhan.

Selama ini, produksi biofuel global banyak bergantung pada jagung dan tebu. Namun, penggunaan tanaman pangan untuk energi menimbulkan kekhawatiran terhadap ketahanan pangan dan kenaikan harga. Sorgum dinilai lebih berkelanjutan karena memiliki bagian tidak dapat dimakan yang lebih besar dan dapat ditanam di lahan marginal.

Presiden Pusat Pengembangan Teknik Lanjutan Netral Karbon Toyota, Keiji Kaita, menyebut sorgum berpotensi ditanam di lahan tandus atau lahan yang sebelumnya sulit dimanfaatkan. Hal ini relevan bagi Okuma, di mana sebagian lahan pertanian menjadi tidak subur akibat penggantian lapisan tanah pascabencana nuklir.

Toyota menyatakan lahan yang digunakan akan dikembalikan kepada pemilik setelah proyek penelitian selesai. Perusahaan juga berharap budidaya sorgum dapat membantu memulihkan kesuburan tanah dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal yang terdampak pengungsian jangka panjang.

Di Okuma, sebuah fasilitas penelitian produksi bioetanol juga mulai beroperasi sejak 2024. Fasilitas ini dikelola oleh Asosiasi Penelitian Inovasi Biomassa untuk Bahan Bakar Otomotif Generasi Berikutnya, yang beranggotakan Toyota, sejumlah produsen mobil lain, dan perusahaan minyak.

Fasilitas tersebut mampu memproduksi sekitar 300 liter bioetanol per hari dari 10 ton batang dan daun sorgum. Mulai tahun depan, biofuel hasil produksi Okuma akan digunakan sebagai bahan bakar mobil balap di ajang Super Formula Jepang.

Meski demikian, pemanfaatan biofuel secara luas di Jepang masih menghadapi tantangan, termasuk tingginya biaya produksi, ketiadaan standar hukum terkait kualitas biofuel, serta belum adanya regulasi khusus untuk kendaraan berbahan bakar campuran.

Toyota juga menguji budidaya sorgum di empat lokasi lain di Jepang untuk membandingkan pertumbuhan tanaman. Selain itu, perusahaan berencana menanam sorgum di Indonesia mulai tahun depan sebagai bagian dari upaya mempopulerkan biofuel berbiaya rendah dan berbagi teknologi dengan petani serta perusahaan energi lokal.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru