Loading
Ilustrasi tempat sampah terkait dengan bisnis waste to energy. (TOBA)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) semakin serius memperkuat langkah menuju bisnis hijau. Melalui anak usahanya, CORA Environment, perusahaan ini menyiapkan investasi jumbo senilai 200 juta dolar Singapura atau sekitar Rp2,56 triliun dalam lima tahun ke depan. Dana tersebut akan difokuskan untuk membangun infrastruktur pengelolaan limbah dan fasilitas daur ulang (recycling) di kawasan Asia Tenggara.
“Bisnis pengelolaan limbah kami sudah dimulai sejak 2018 dan terus menunjukkan hasil yang positif, terutama sejak ekspansi ke pasar Singapura,” ujar Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, dalam paparan publik di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Menurutnya, kesuksesan tersebut menjadi pijakan penting untuk memperluas jaringan ke negara-negara lain seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia, dengan fokus pada waste to energy, recycling, serta kolaborasi lintas kebijakan lingkungan.
“Kami ingin menjadi pemain regional di bidang pengelolaan limbah dan energi bersih. Ini bagian dari transformasi TBS menuju perusahaan yang sepenuhnya fokus pada bisnis hijau berkelanjutan,” jelas Juli.
Transformasi ke CORA Environment
Pada semester II-2025, TBS resmi memperkenalkan identitas baru CORA Environment, menggantikan Sembcorp Environment di Singapura. Melalui CORA, TBS memperkuat kapabilitasnya dalam pengolahan limbah berbasis teknologi digital serta mempercepat transfer teknologi ke Indonesia.
Saat ini, CORA Environment didukung oleh lebih dari 700 karyawan dan 300 kendaraan operasional, yang menangani layanan pengumpulan, daur ulang, insinerasi, hingga pemulihan sumber daya. Pendekatan berbasis digital yang diterapkan memungkinkan efisiensi operasional dan kepatuhan terhadap standar lingkungan internasional.
Tahun 2025 Jadi Momentum Bisnis Hijau TBS
Juli menegaskan, tahun 2025 menjadi tonggak penting bagi TBS dalam memperkuat fondasi bisnis hijau. Setelah menuntaskan fase transformasi, perusahaan kini fokus pada penguatan operasional di seluruh pilar hijau yang meliputi pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
“Dengan kas yang kuat, struktur keuangan yang sehat, dan strategi yang terarah, kami siap masuk ke fase optimalisasi profitabilitas dan sinergi antar pilar pada 2026,” ujarnya dikutip Antara.
Ekspansi Kendaraan Listrik dan Energi Terbarukan
Selain bisnis pengelolaan limbah, TBS juga terus mengembangkan lini kendaraan listrik melalui Electrum. Hingga September 2025, sudah ada lebih dari 6.400 motor listrik yang beroperasi, didukung oleh 360 lebih stasiun penukaran baterai (BSS) — meningkat 25 persen dibanding semester sebelumnya.
Setiap bulan, jaringan BSS ini melayani lebih dari 850 ribu kali penukaran baterai, menekan emisi karbon hingga 25 ton CO₂ per hari, serta membantu efisiensi biaya bagi mitra pengemudi.
Pada sisi energi terbarukan, PLTMH Sumber Jaya (6 MW) yang mulai beroperasi di awal 2025 telah memberikan kontribusi stabil bagi bauran energi bersih perseroan. Sementara proyek PLTS Terapung Tembesi di Batam, hasil kerja sama dengan PLN Nusantara Power, kini memasuki tahap konstruksi akhir dan ditargetkan beroperasi komersial pada pertengahan 2026.
Pendapatan dan Kontribusi Pilar Hijau
Sepanjang kuartal III-2025, TBS mencatat pendapatan konsolidasian sebesar 288,2 juta dolar AS, turun 14 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya akibat penurunan harga batu bara.
Namun di sisi lain, segmen pengelolaan limbah justru melesat, berkontribusi sekitar 39 persen dari total pendapatan, melonjak lebih dari 1.000 persen (yoy). Sementara lini kendaraan listrik dan energi terbarukan terus menunjukkan pertumbuhan positif, memperkuat portofolio non-batubara perusahaan.
Transformasi Hijau Menuju Pemimpin Energi Bersih ASEAN
Dengan strategi ekspansi yang terukur dan inovasi berkelanjutan, TBS Energi menegaskan posisinya sebagai perusahaan Indonesia yang siap menjadi pemimpin regional di bidang energi bersih dan pengelolaan limbah berkelanjutan di Asia Tenggara.
Langkah ini sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia dalam upaya global menuju transisi energi rendah karbon dan masa depan berkelanjutan.