Loading
Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara Indonesia Pandu Sjahrir menjawab pertanyaan media dalam Media Coffee Session di Jakarta, Senin (3/11/2025). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) menargetkan untuk memiliki setidaknya 30 persen saham dalam setiap proyek Waste to Energy (WTE) atau Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL). Langkah ini merupakan bagian dari strategi memperkuat peran Danantara sebagai investor strategis dalam transisi energi hijau nasional.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menjelaskan bahwa komposisi kepemilikan saham di setiap proyek WTE akan bervariasi, tergantung pada hasil negosiasi dengan mitra dan kondisi ekonomi proyek.
“Kami terbuka. Misalnya, kalau mitra teknis punya porsi saham lebih besar, tidak masalah. Tapi target kami minimal 30 persen. Kalau bisa lebih, seperti 51 persen, tentu kami siap,” ujar Pandu dalam Media Coffee Session di Jakarta, Senin (3/11/2025).
Menurutnya, porsi minimal tersebut menegaskan peran Danantara sebagai strategic investor, namun tetap memberi ruang bagi sektor swasta untuk ikut berpartisipasi aktif.
“Kami ingin mendorong partisipasi sektor swasta (crowding in private sector). Untuk proyek tertentu bisa saja Danantara mayoritas, tapi di proyek lain justru swasta yang lebih dominan. Yang penting, semua pihak bisa bersama membangun solusi energi ramah lingkungan,” tambahnya.
Baca juga:
TBS Energi Kucurkan Rp2,56 Triliun untuk Perluas Bisnis ‘Waste to Energy‘ di Asia TenggaraSkema Pendanaan: Kombinasi Utang dan Ekuitas
Dari sisi pembiayaan, Pandu mengungkapkan bahwa sebagian besar proyek WTE akan menggunakan skema project financing dengan komposisi sekitar 70 persen utang dan 30 persen ekuitas.
“Minat perbankan terhadap proyek ini luar biasa, baik dari bank asing maupun domestik. Kami akan memilih kombinasi terbaik sesuai karakter proyek,” jelasnya.»
Sebagian dana ekuitas akan bersumber dari penerbitan Patriot Bond, yaitu instrumen investasi yang disiapkan Danantara untuk mendukung proyek strategis nasional, termasuk sektor WTE.
“Dana dari Patriot Bond akan menjadi salah satu sumber pembiayaan proyek WTE,” ujar Pandu.»
Ia menilai tingginya minat perbankan dan investor terhadap proyek ini menunjukkan potensi besar dalam pembentukan modal nasional (capital formation). Kolaborasi lintas sektor ini juga menjadi bukti bahwa proyek WTE tidak hanya layak secara bisnis, tetapi juga membawa dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan.
Target Imbal Hasil dan Efisiensi Proyek
Danantara menargetkan proyek WTE dapat menghasilkan tingkat pengembalian investasi (IRR) di kisaran high single digit dalam denominasi dolar AS. Namun, Pandu menegaskan bahwa setiap investasi tetap harus memenuhi dua mandat utama: menghasilkan imbal hasil komersial yang layak dan memberikan dampak sosial-lingkungan yang signifikan.
“Kita ingin efisien dalam waktu dan biaya. Ketepatan jadwal dan anggaran sangat penting untuk menjaga tingkat pengembalian investasi,” tegasnya.
Melalui kemitraan dengan sektor swasta, Danantara berharap ada disiplin dalam pelaksanaan proyek agar biaya tetap terkendali dan penyelesaian dapat dipercepat.
Serap Ribuan Tenaga Kerja
Sementara itu, Managing Director Investment Danantara Indonesia, Stefanus Ade, menambahkan bahwa proyek-proyek WTE selama tahap konstruksi berpotensi menyerap 2.000 hingga 3.000 tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
“Tenaga kerja langsung adalah mereka yang bekerja di lokasi proyek, sedangkan tidak langsung mencakup penyedia material, logistik, dan layanan pendukung lainnya,” jelas Stefanus.
Satu proyek PSEL umumnya memiliki kapasitas pengolahan 1.000 ton sampah per hari, dengan nilai investasi berkisar antara Rp2,5 triliun hingga Rp3,2 triliun.
“Ketika PSEL beroperasi, tenaga kerja memang akan berkurang, tapi tetap ratusan orang akan terlibat selama masa operasional hingga 30 tahun ke depan,” tambahnya dikutip Antara.
Menuju Ekonomi Hijau dan Mandiri Energi
Langkah Danantara mengakuisisi porsi signifikan di proyek-proyek WTE menjadi sinyal kuat komitmen Indonesia menuju ekonomi hijau dan kemandirian energi. Dengan kolaborasi antara pemerintah, investor, dan sektor swasta, pengelolaan sampah tidak lagi hanya menjadi beban lingkungan, tetapi juga sumber energi berkelanjutan bagi masa depan.