Selasa, 30 Desember 2025

Pertemuan Bilateral Indonesia–Norwegia: Perkuat Aksi Atasi Sampah Plastik di COP30


 Pertemuan Bilateral Indonesia–Norwegia: Perkuat Aksi Atasi Sampah Plastik di COP30 Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (kanan) menyerahkan cinderamata kepada Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen di sela-sela pelaksanaan Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, Rabu (12/11/2025) waktu setempat. ANTARA/Anita Permata Dewi.

BELEM, ARAHKITA.COM – Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam perang melawan sampah plastik. Dalam agenda Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen.

Pertemuan ini membahas kesiapan Indonesia untuk menjadi salah satu negara penggerak dalam upaya global mengendalikan polusi plastik.“Indonesia siap mengambil peran lebih besar dalam langkah penanganan polusi plastik,” ujar Hanif di sela-sela COP30, Rabu (12/11/2025).

Komitmen Indonesia, Bukan Sekadar Janji

Hanif menegaskan bahwa pemerintah terus memperkuat strategi untuk mengurangi timbulan sampah, khususnya plastik, yang hingga bertahun-tahun menjadi persoalan serius. Saat ini, Indonesia menghasilkan sekitar 143 ribu ton sampah setiap hari, dan 12–17 persen di antaranya adalah sampah plastik.

“Indonesia punya tekad kuat untuk menekan polusi plastik secara bertahap. Sebagai negara besar, timbulan sampah kita memang besar, tetapi komitmennya juga besar,” jelasnya dikutip Antara.

Menurut Hanif, percepatan penanganan sampah memerlukan kolaborasi lintas sektor agar lebih masif dan terukur. Ia juga menyinggung target nasional yang tertuang dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2025 tentang RPJMN, yakni penyelesaian penanganan sampah secara menyeluruh pada tahun 2029.

Dorongan Kolaborasi Global

Selain bertemu dengan Pemerintah Norwegia, Hanif juga melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Republik Kongo, Arlette Soudan-Nonaul. Pertemuan ini fokus pada kerja sama pemulihan lahan gambut—salah satu ekosistem penting yang berperan besar dalam mitigasi perubahan iklim.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru