Loading
Ilustrasi - Fasilitas nuklir Iran. (ANTARA/Anadolu/py/am.)
LONDON, ARAHKITA.COM – Inggris memperingatkan bahwa jendela diplomasi dengan Iran terkait program nuklirnya semakin menipis. Pernyataan ini muncul di tengah pembicaraan intensif antara Inggris, mitra Eropa, dan Amerika Serikat mengenai kesepakatan nuklir.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menegaskan komitmen negaranya terhadap jalur diplomatik, tetapi menambahkan bahwa sanksi akan dijatuhkan jika tidak ada kemajuan. Dalam unggahan di platform X, Lammy menyebutkan telah melakukan pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, serta rekan-rekan Eropa, untuk menyampaikan kekhawatiran mengenai program nuklir Teheran.
“Kami tetap mendorong solusi diplomatik dan telah menawarkan perpanjangan keringanan sanksi. Namun, tanpa kesepakatan yang berkelanjutan dan dapat diverifikasi, langkah ini akan berakhir,” ungkap Lammy.
Inggris, bersama Prancis dan Jerman sebagai pihak Eropa dalam perjanjian nuklir 2015, serta Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas, telah menghubungi Araghchi untuk membahas mekanisme snapback, yaitu opsi memberlakukan kembali sanksi PBB jika Iran melanggar kesepakatan.
Laporan kantor berita resmi Iran, IRNA, menyebutkan bahwa pertemuan tersebut juga menyoroti posisi Iran terkait snapback dan tanggung jawab negara-negara Eropa dalam mekanisme tersebut. Araghchi menilai bahwa negara-negara Eropa gagal memenuhi komitmen mereka berdasarkan perjanjian 2015, sehingga menurutnya mereka tidak memiliki dasar hukum maupun moral untuk mengaktifkan mekanisme itu.
Sejarahnya, Iran menandatangani kesepakatan nuklir pada Juli 2015 bersama enam negara: Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman. Kesepakatan ini memberikan keringanan sanksi sebagai imbalan pembatasan program nuklir Iran. Namun, pada 2018, AS menarik diri secara sepihak di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump dan kembali menjatuhkan sanksi, yang kemudian memicu Iran mengurangi komitmennya, termasuk peningkatan pengayaan uranium.
Sejak itu, negara-negara Eropa (E3) mengancam akan mengaktifkan snapback untuk memberlakukan kembali sanksi PBB, kecuali Iran kembali mematuhi perjanjian. Batas waktu keputusan ini jatuh pada 18 Oktober dikutip Antara.
Bulan lalu, perwakilan Iran, Inggris, Prancis, dan Jerman bertemu di Istanbul untuk melanjutkan pembicaraan. Teheran menekankan bahwa jika sanksi PBB diberlakukan kembali, mereka mungkin mempertimbangkan kembali partisipasinya dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), yang telah diikuti sejak 1970.