Selasa, 30 Desember 2025

Iran Kecam Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Gaza


 Iran Kecam Pelanggaran Gencatan Senjata oleh Israel di Gaza Iran Kecam Pelanggaran Gencatan Senjata Israel. (Antaranews/Antara/Xinhua/Rizek Abdeljawad)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Pemerintah Iran mengecam keras pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan Israel terhadap kelompok Hamas di Jalur Gaza. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyatakan pada Sabtu (18/10) bahwa serangan terbaru Israel menunjukkan pelanggaran berulang terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati.

Dalam pernyataannya, Baghaei menyoroti serangan udara Israel pada Jumat (17/10) malam waktu setempat terhadap sebuah bus yang membawa satu keluarga Palestina di Gaza utara. Serangan tersebut menewaskan 11 orang, termasuk tujuh anak-anak dan dua perempuan. Ia juga mengecam keputusan Israel untuk tetap menutup perlintasan Rafah yang menghubungkan Gaza dan Mesir, yang menghambat masuknya bantuan kemanusiaan.

Baghaei menuduh Israel memiliki rekam jejak panjang dalam mengingkari janji dan melanggar kesepakatan gencatan senjata. Ia menyerukan kepada negara-negara penjamin kesepakatan, yaitu Amerika Serikat (AS), Mesir, Turki, dan Qatar, untuk menjalankan tanggung jawab mereka dalam menegakkan komitmen gencatan senjata di Gaza.

“Iran mendesak masyarakat internasional untuk mengambil langkah konkret menekan Israel agar menghentikan kejahatannya di Gaza, menarik pasukannya, dan menjamin akses warga terhadap makanan serta kebutuhan dasar,” tegas Baghaei dalam pernyataannya dilansir Antara.

Perang antara Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 setelah serangan mendadak Hamas di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Sebagai respons, Israel melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan melukai sekitar 170.000 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, Turki, dan AS mulai berlaku pada 10 Oktober 2025. Tahap pertama kesepakatan tersebut mencakup pertukaran tahanan dan sandera, masuknya bantuan kemanusiaan, serta penarikan sebagian pasukan Israel. Berdasarkan perjanjian itu, Israel telah menerima seluruh 20 sandera hidup dan 10 dari 28 jenazah yang dikembalikan Hamas.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perlintasan Rafah akan tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut. Ia menyatakan pembukaan kembali jalur itu akan dipertimbangkan setelah Hamas memenuhi kewajiban terkait pengembalian jenazah sandera dan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata.

Meski gencatan senjata berlaku, pasukan Israel dilaporkan masih melancarkan sejumlah serangan di wilayah Gaza dalam beberapa hari terakhir, yang menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil Palestina.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru