Loading
Tim Relawan Bajaga selenggarakan English Day di perbatasan NTT-Timor Leste. (Foto: Dok. YFMG)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Pemerhati Pendidikan Fransiscus Go terus melanjutkan karya dan kasih terbaik untuk masyarakat Nusa Tenggara Timur. Berbagai program yang ia luncurkan lewat Yayasan Felix Maria Go dan Tim Relawan Bajaga terus menyentuh ke persoalan mendasar masyarakat, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Terbaru, perhatian pengusaha kelahiran Kefamenanu ini tertuju di Desa Humusu Wini, wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste.
“Kita sama-sama mengupayakan kemajuan pendidikan di Nusa Tenggara Timur karena pendidikan sangat penting,” ucap Ketua Yayasan Felix Maria Go kepada Tim Relawan Bajaga, Aris Ruku.
Pesan Frans Go itulah yang mendasari terciptanya English Day di Desa Humusu Wini. Salah satu relawan, Aris Ruku melakukan survey daerah pada akhir tahun 2024. Tantangan cuaca berupa hujan dan angin serta lokasi yang berada di pantai utara membuat kegiatan English Day tertunda selama beberapa waktu. Tim Relawan Bajaga sepakat menyelenggarakan English Day menunggu cuaca bersahabat.
Aris Ruku dibantu satu asisten bernama Paulina Da Reinha mengawali English Day pada Sabtu, 5 April 2025. Aris sendiri memiliki latar belakang Sarjana Sastra Inggris yang kini mengajar di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Perjuangan Aris untuk mengajar anak-anak di perbatasan NTT-Timor Leste ini sungguh luar biasa sebab ia menempuh jarak 30 km sekali jalan.
“Saya tinggal di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sedangkan saya bertugas di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Saya harus pulang dulu ke rumah, baru pergi mengajar English Day di daerah pantai perbatasan yang jaraknya 30 km dari rumah. Kami masih berusaha menyesuaikan antara jadwal saya dan asisten. Mungkin untuk bulan pertama, satu kali dalam sebulan dulu. Kami usahakan akhir bulan, terselenggara satu pertemuan kembali pada hari Sabtu/Minggu,” tutur Aris mengawali perbincangan via telepon pada Selasa (8/4/2025).
Baca juga:
Frans Go Dorong Tim Relawan Bajaga Selenggarakan English Day di Perbatasan NTT-Timor LesteFrans Go menilai kemampuan bahasa Inggris sangat penting dimiliki untuk anak-anak yang berada di wilayah perbatasan NTT-Timor Leste. Oleh karena itu, ia mendorong semua anak untuk belajar bahasa Inggris. Rentang usia anak-anak yang belajar bahasa Inggris mulai dari PAUD hingga anak SMA.
“Pertemuan pertama, kami baru sesi perkenalan dan tes kemampuan mereka secara umum untuk dikelompokkan. Saya ajarkan mereka untuk menyapa, berkenalan, menyebutkan nama mereka, dan menyebutkan nama orang tua mereka dalam bahasa Inggris. Saya juga minta mereka belajar satu-satu maju ke depan untuk melatih mental,” tambah Aris.
Pada pertemuan pertama, ada 21 anak yang mengikuti kegiatan English Day. Aris dan tim relawan Bajaga berharap pendidikan Indonesia Timur semakin maju. Secara khusus, tidak tertinggal dalam bahasa Inggris. Salah satu pergumulan Aris adalah ia tidak bisa mengajar setiap hari di Desa Humusu Wini sebab jarak antara rumah, tempat mengajar, dan Desa Humusu Wini sangat jauh. Ia berharap ke depannya, proses mengajar berjalan lancar sebab ada satu titik longsor ringan di bahu jalan akibat hujan dan tidak ada kendala terkait akses jalan.
“Respons anak-anak luar biasa. Bahkan, kami masih sempat memanggil anak-anak dari rumah ke rumah sebab mereka belum mengetahui informasi untuk belajar bahasa Inggris. Semoga mereka terus semangat untuk belajar ke depan,” pungkas Aris.