Rabu, 31 Desember 2025

Megawati Gagas Piagam Masa Depan Bersama demi Dunia yang Lebih Adil dan Damai


  Megawati Gagas Piagam Masa Depan Bersama demi Dunia yang Lebih Adil dan Damai Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri menjadi pembicara pertama pada Dialog Peradaban Global yang digelar di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, China, Kamis (10/7/2025). ANTARA/HO-dok pribadi

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Dalam upaya membangun tata dunia baru yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan universal, Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, mengusulkan pembentukan Piagam Masa Depan Bersama dalam forum Dialog Peradaban Global yang berlangsung di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, China, pada Kamis, 10 Juli 2025.

Gagasan tersebut disampaikan Megawati dalam pidato reflektif yang menyoroti perlunya tatanan dunia yang lebih berkeadaban, damai, dan bebas dari dominasi kekuatan besar. Menurutnya, piagam ini dapat menjadi kerangka moral global dalam membangun masa depan yang lebih inklusif.

"Saya sangat berharap forum ini dapat mendorong lahirnya Piagam Masa Depan Bersama yang bisa melengkapi gagasan Presiden Xi Jinping secara lebih konkret," ujar Megawati.

Seruan Membangun Etika Universal

Megawati menekankan bahwa Piagam Masa Depan Bersama merupakan sebuah seruan untuk membentuk Etika Universal, sebagai pedoman moral bagi bangsa-bangsa di dunia dalam menciptakan perdamaian yang berkeadilan.

"Kita perlu dunia yang dibangun atas dasar penghormatan antarbangsa, bukan dominasi. Kita harus menolak segala bentuk hegemoni dan eksploitasi, serta mengedepankan tanggung jawab kolektif," tegasnya.

Lima Prinsip Utama Piagam Masa Depan Bersama

Dalam pidatonya, Megawati memaparkan lima prinsip utama yang bisa menjadi landasan Piagam tersebut:

1. Penghormatan terhadap keberagaman budaya, tanpa menutup ruang dialog lintas bangsa.

2. Penegakan martabat dan kebebasan manusia, termasuk kebebasan beragama, berekspresi, dan kebebasan ilmiah yang terukur.

3. Pembangunan peradaban yang seimbang, antara aspek material dan spiritual, berakar pada nilai-nilai kemanusiaan universal.

4. Tanggung jawab kolektif menjaga bumi, sekaligus mendorong penyelesaian konflik secara damai.

5. Penolakan terhadap eksploitasi sumber daya alam berlebihan, serta segala bentuk kekerasan dan ketidakadilan.

Mendorong Budaya Perdamaian, Bukan Hegemoni

Megawati mengingatkan bahwa piagam ini bukan sekadar seruan moral, melainkan peta jalan menuju budaya perdamaian global.

"Etika universal ini dapat meredakan ketegangan global akibat konflik bersenjata, rivalitas kekuatan besar, dan pertarungan kepentingan ekonomi yang tidak sehat. Ini adalah langkah menuju kebangkitan peradaban baru," jelasnya.

Menurutnya, budaya perdamaian harus dibangun melalui keadaban dan kerja sama, bukan dengan kekuatan militer atau dominasi politik semata.

"Langkah kecil ini bisa jadi awal menuju dunia besar yang damai. Kita perlu menanam budaya baru—budaya perdamaian—sebagai warisan untuk generasi mendatang," tambahnya.

Optimisme di Tengah Krisis Global

Di tengah ketegangan dunia saat ini yang ia gambarkan sebagai “musim pancaroba global”, Megawati mengajak para pemimpin dunia untuk tetap optimis.

"Kita masih bisa mengubah sejarah, asalkan keberanian untuk membela kebenaran dan keadilan tetap menyala," katanya penuh harap.

Usulan Piagam Masa Depan Bersama ini juga merupakan bentuk dukungan konkret Megawati terhadap Global Civilization Initiative yang pertama kali diluncurkan Presiden China Xi Jinping pada Maret 2023.

Forum Global Civilizations Dialogue sendiri merupakan inisiatif Pemerintah China dan Partai Komunis China (PKT), dengan tema “Safeguarding Diversity of Human Civilizations for World Peace and Development”, yang menggarisbawahi pentingnya keberagaman dan kerja sama antarperadaban dalam menjaga perdamaian dunia.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Politik Terbaru