Selasa, 30 Desember 2025

AS dan Tiongkok Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata Pemberlakuan Tarif, Namun Keputusan Akhir di Tangan Trump


 AS dan Tiongkok Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata Pemberlakuan Tarif, Namun Keputusan Akhir di Tangan Trump AS dan Tiongkok Sepakat Perpanjang Gencatan Senjata Pemberlakuan Tarif. (CNBC Indonesia)

STOCKHOLM, ARAHKITA.COM - Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat secara prinsip untuk memperpanjang gencatan senjata tarif dagang setelah perundingan dua hari di Stockholm berakhir tanpa solusi terkait berbagai isu perdagangan.

Meski sudah dicapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata pemberlakuan tarif dagang, namun delegasi AS menegaskan bahwa keputusan final masih menunggu persetujuan Presiden AS Donald Trump.

“Kesepakatan apa pun tetap harus mendapatkan restu Presiden Trump,” kata Perwakilan Perdagangan AS, Jamieson Greer, Selasa waktu setempat, dilaporkan The Guardian.

Negosiator utama dari pihak Tiongkok, Li Chenggang, mengungkapkan bahwa perpanjangan gencatan senjata yang sebelumnya dicapai pada Mei lalu akan memungkinkan kelanjutan dialog, meski ia tidak merinci durasi atau batas waktu jeda terbaru.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bergabung dalam perundingan di ibu kota Swedia untuk memberikan dukungan kepada tim negosiasi AS, tetapi tampaknya tidak mampu memecahkan kebuntuan.

Bessent memperingatkan Tiongkok mengenai potensi tarif tinggi jika tetap membeli minyak dari Rusia yang terkena sanksi. AS menyoroti potensi pelanggaran melalui undang-undang tarif sekunder.

 

Tiongkok memilih mengambil sikap agresif dalam menanggapi ancaman pajak perbatasan Trump, membalas dengan tarifnya sendiri atas barang-barang AS dan memblokir penjualan logam tanah jarang dan komponen vital yang digunakan oleh produsen pertahanan dan teknologi tinggi Amerika.

Di sisi lain, Trump akan mengenakan tarif tambahan terhadap Meksiko dan Kanada mulai Jumat, kecuali jika ada kesepakatan di menit-menit terakhir. Vietnam, Kamboja, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya juga melobi perpanjangan perundingan untuk mencegah kenaikan tarif AS.

Negosiasi antara perwakilan Gedung Putih dan mitra dagang yang terancam tarif tinggi seringkali terbukti berlarut-larut. Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Maroš Šefčovič, menghabiskan lebih dari 100 jam bernegosiasi sebelum AS setuju untuk mengurangi tarif yang direncanakan sebesar 30% menjadi 15% untuk ekspor Uni Eropa ke AS dalam kesepakatan yang diumumkan pada hari Minggu.

Pascal Lamy, mantan direktur jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), mengatakan banyak perjanjian perdagangan yang diumumkan oleh Gedung Putih kurang detail dan membutuhkan negosiasi lebih lanjut, yang menyebabkan ketidakpastian juga ikut berlanjut.

Ia mengatakan kesepakatan yang dicapai antara AS dan Uni Eropa "tidak setengah matang, tetapi mungkin baru dua pertiga matang, masih banyak yang harus dibahas dan disepakati".

Menggarisbawahi taruhannya, Dana Moneter Internasional (IMF) pada hari Selasa menaikkan proyeksi pertumbuhan globalnya menjadi 3% dari perkiraan pada bulan April sebesar 2,8% setelah pengurangan ancaman perdagangan terburuk Trump. Namun, IMF menandai potensi kenaikan tarif sebagai risiko besar.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru