Selasa, 30 Desember 2025

September Effect tak Guncang Kripto RI, Transaksi Tembus Rp276 Triliun per Juli 2025


 September Effect tak Guncang Kripto RI, Transaksi Tembus Rp276 Triliun per Juli 2025 Vice President Indodax Antony Kusuma memberi pemaparan dalam sebuah diskusi terkait aset kripto di Jakarta. ANTARA/HO/Indodax.

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Kekhawatiran akan fenomena musiman September Effect ternyata tidak banyak berpengaruh pada pasar kripto dalam negeri. Data hingga Juli 2025 justru menunjukkan bahwa minat dan transaksi aset digital di Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan signifikan.

Wakil Presiden Indodax, Antony Kusuma, menjelaskan bahwa fenomena September Effect memang kerap dikaitkan dengan penurunan kinerja pasar saham maupun kripto secara global. Namun, menurutnya, hal tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor psikologis ketimbang kondisi fundamental industri.

“Kalau kita lihat data, di 2024 transaksi kripto setahun penuh mencapai Rp344 triliun. Sementara di 2025, baru sampai Juli saja nilainya sudah menembus Rp276 triliun. Itu bukti kripto di Indonesia tetap tumbuh kuat, meski ada faktor musiman,” ujar Antony di Jakarta, Sabtu (6/9/2025).

Ia menekankan pentingnya investor untuk tidak terjebak pada market timing. Menurut Antony, strategi yang lebih sehat adalah konsistensi, diversifikasi portofolio, serta manajemen risiko jangka panjang.

“Investasi kripto jangan sekadar ikut tren. Prinsipnya adalah disiplin, memahami aset yang diperdagangkan, dan hanya menggunakan dana yang siap dialokasikan,” tambahnya.

Meski sempat terjadi gejolak di pasar modal akibat aksi unjuk rasa pada akhir pekan lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa industri kripto tetap stabil. Aktivitas penarikan dan penempatan dana di platform exchange tercatat normal.

Bahkan, data OJK menunjukkan, sepanjang Juli 2025 transaksi kripto di Indonesia mencapai Rp52,46 triliun, naik 62,36 persen dari bulan sebelumnya sebesar Rp32,31 triliun. Secara kumulatif, total transaksi kripto sejak Januari hingga Juli 2025 sudah menembus Rp276,45 triliun.

Jumlah investor juga terus bertambah. Per Juli 2025, OJK mencatat 16,5 juta konsumen aset kripto, meningkat 4,11 persen dibandingkan Juni yang sebanyak 15,85 juta.

Antony menilai kondisi stabil ini mencerminkan semakin matangnya ekosistem keuangan digital nasional. “Fakta bahwa kripto tetap bertahan meski ada tekanan eksternal menunjukkan kepercayaan publik terhadap aset digital makin kuat,” katanya dikutip Antara.

Menurutnya, tren positif ini berpotensi menjadi katalis penting bagi transformasi ekonomi digital Indonesia. Jika momentum berlanjut, kontribusi kripto terhadap inklusi keuangan nasional akan semakin besar.

Meski begitu, OJK tetap mengingatkan investor untuk berhati-hati. Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, menyebut fenomena September Effect bisa dipengaruhi oleh penyesuaian portofolio pasca-liburan, kebutuhan likuiditas, hingga faktor psikologis global.

Namun demikian, data terbaru memperlihatkan bahwa pasar kripto di Indonesia berhasil melewati anomali tersebut dengan catatan pertumbuhan yang impresif.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru