Rabu, 31 Desember 2025

Rupiah Melemah, Pasar Tunggu Kepastian Kebijakan Dana ke Perbankan


  • Selasa, 16 September 2025 | 17:30
  • | Ekonomi
 Rupiah Melemah, Pasar Tunggu Kepastian Kebijakan Dana ke Perbankan Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sgd

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Nilai tukar rupiah kembali melemah di tengah meningkatnya perhatian pelaku pasar terhadap rencana pemerintah mengalihkan dana ke sektor perbankan dalam negeri.

Pada penutupan perdagangan Selasa (16/9/2025), rupiah terkoreksi 24,50 poin atau sekitar 0,15 persen menjadi Rp16.440 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.415 per dolar AS.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai pelemahan ini tidak lepas dari sikap pasar yang menunggu kepastian kebijakan pengucuran dana Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke perbankan untuk penyaluran kredit.

“Awalnya, langkah ini sempat dianggap positif dan memberi harapan pasar. Namun, belakangan muncul kekhawatiran karena kebijakan tersebut dinilai bisa menyalahi aturan konstitusi dan menabrak tiga undang-undang sekaligus,” jelas Ibrahim dalam keterangan tertulis di Jakarta.

Menurutnya, alokasi dana negara seharusnya melalui proses legislasi yang jelas, yakni dibahas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini sesuai amanat UUD 1945 Pasal 23, UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, serta UU APBN tahunan.

“Anggaran publik bukanlah dana privat yang bisa digunakan semaunya. Pejabat negara harus taat pada prosedur resmi agar kebijakan yang diambil tidak menjadi preseden buruk di masa depan,” tambahnya dilansir Antara.

Faktor Global Tekan Rupiah

Selain faktor domestik, rupiah juga tertekan dinamika global. Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, diprediksi hampir pasti memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 16–17 September 2025. Pasar kini menunggu arah kebijakan moneter The Fed hingga akhir tahun.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump pekan lalu kembali meningkatkan tensi geopolitik dengan memberlakukan sanksi tingkat kedua terhadap industri minyak Rusia. Sanksi ini menargetkan negara pembeli utama seperti India dan China. Bahkan, India sudah dikenai tarif perdagangan sebesar 50 persen sejak akhir Agustus 2025.

Trump juga mendorong NATO, Uni Eropa, hingga G7 agar berhenti membeli minyak dari Rusia, sembari memperketat tekanan terhadap India dan China.

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru menguat tipis ke Rp16.385 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.405 per dolar AS.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru