Selasa, 30 Desember 2025

Laju Penurunan Suku Bunga Perbankan Masih Lambat, BI Desak Percepatan demi Dorong Pertumbuhan Ekonomi


 Laju Penurunan Suku Bunga Perbankan Masih Lambat, BI Desak Percepatan demi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan materi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan September 2025 secara daring di Jakarta, Rabu (17/9/2025). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Bank Indonesia (BI) kembali menyoroti lambatnya penurunan suku bunga perbankan meskipun suku bunga acuan (BI-Rate) terus diturunkan sejak tahun lalu. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, percepatan penurunan bunga kredit dan deposito sangat dibutuhkan agar bisa memperkuat penyaluran pembiayaan serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Sejak September 2024 hingga September 2025, BI telah memangkas suku bunga acuan sebanyak enam kali dengan total penurunan 150 basis poin (bps). Terbaru, BI-Rate kembali dipangkas 25 bps menjadi 4,75 persen, disertai dengan turunnya suku bunga deposit facility sebesar 50 bps ke level 3,75 persen, dan lending facility sebesar 25 bps ke level 5,5 persen.

Namun, respons perbankan terhadap kebijakan ini masih berjalan lambat. Data BI menunjukkan, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun 16 bps dari 4,81 persen pada awal 2025 menjadi 4,65 persen pada Agustus 2025. Bahkan, suku bunga kredit baru menyusut 7 bps dari 9,20 persen menjadi 9,13 persen pada periode yang sama. Kondisi ini dipengaruhi praktik pemberian special rate kepada deposan besar yang porsinya mencapai 25 persen dari total dana pihak ketiga (DPK) perbankan.

Berbeda dengan pasar uang, penurunan suku bunga berjalan lebih cepat. Suku bunga INDONIA terkoreksi hingga 144 bps dari 6,03 persen menjadi 4,59 persen. Begitu pula dengan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tenor 6–12 bulan yang turun lebih dari 200 bps. Bahkan, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 2 tahun juga merosot 185 bps menjadi 5,11 persen, sementara tenor 10 tahun turun 94 bps menjadi 6,32 persen.

Perry menekankan, agar pertumbuhan ekonomi tetap sejalan dengan Program Asta Cita Pemerintah, penurunan bunga kredit dan deposito harus lebih agresif. “Perbankan perlu segera menurunkan suku bunganya sehingga penyaluran kredit dan pembiayaan dapat meningkat, mendukung dunia usaha, serta memperkuat pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (17/9/2025).

Dengan arah kebijakan ini, BI berharap langkah bank sentral menurunkan suku bunga acuan bisa lebih cepat ditransmisikan oleh perbankan.

Percepatan penurunan bunga diharapkan dapat membuka ruang likuiditas, meningkatkan permintaan kredit, dan pada akhirnya mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru