Selasa, 30 Desember 2025

Wacana BBM Campuran E10 Bisa Jadi Pendorong Ekonomi Baru Indonesia


 Wacana BBM Campuran E10 Bisa Jadi Pendorong Ekonomi Baru Indonesia Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam memberikan pernyataan pers kepada media di PT TMMIN Karawang Plant 1, Karawang, Jawa Barat, Kamis (9/10/2025). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

KARAWANG, ARAHKITA.COM – Wacana pemerintah untuk menerapkan bahan bakar minyak (BBM) dengan campuran 10 persen etanol (E10) dinilai dapat menjadi peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, Kamis (10/10/2025).

Menurut Bob, kebijakan tersebut berpotensi menciptakan dampak positif yang luas, terutama bagi para petani yang menjadi pemasok bahan baku etanol seperti tebu, singkong (cassava), jagung, dan sorgum.

“Kalau sektor pertanian bahan baku etanol bisa berkembang, ini bisa jadi pilar kedua pertumbuhan ekonomi kita setelah kelapa sawit. Dampaknya tentu meluas atau multiplier effect,” ujar Bob.

Ia menambahkan, peningkatan permintaan terhadap etanol akan secara langsung meningkatkan pendapatan petani lokal. Pasalnya, bahan baku utama untuk etanol diambil dari hasil pertanian dalam negeri.

“Kalau demand naik, otomatis pendapatan petani juga ikut meningkat. Ke depan, kalau semakin banyak petani yang mengalihkan hasil taninya untuk produksi etanol, ini bisa menciptakan siklus ekonomi yang positif,” kata Bob.

Kebijakan E10 ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap impor BBM. Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui mandatori penggunaan E10 sebagai bagian dari upaya menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Dari sisi teknis, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut bahwa kendaraan di Indonesia pada dasarnya sudah kompatibel dengan kandungan etanol hingga 20 persen (E20). Meski begitu, saat ini Indonesia baru menggunakan campuran etanol sekitar 5 persen.

“Mobil-mobil Toyota sudah siap untuk E20, sementara merek lain sebagian besar juga aman di E10,” ungkap Bob dikutip Antara.

Ia menegaskan, penerapan E10 bukan hanya soal kebijakan energi, tapi juga mendorong masyarakat dan industri otomotif untuk beradaptasi menuju kendaraan ramah lingkungan.

“Kita jangan menyesuaikan teknologi dengan mobil tua yang masih di jalan. Justru kita harus berevolusi ke kendaraan yang siap menghadapi bahan bakar masa depan,” tutup Bob.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru