Selasa, 30 Desember 2025

Bapanas: Strategi Produksi Stabil Bikin Indonesia Pengaruhi Harga Beras Dunia


 Bapanas: Strategi Produksi Stabil Bikin Indonesia Pengaruhi Harga Beras Dunia Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kiri), Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian (kanan), dalam Rapat Pengendalian Inflasi di Kementerian Dalam Negeri Jakarta, Selasa (4/11/2025). ANTARA/HO-Humas Bapanas

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa Indonesia kini memiliki peran strategis dalam memengaruhi harga beras dunia. Hal ini berkat kebijakan produksi beras yang stabil, efisien, dan berkelanjutan.

Menurut Amran, langkah pemerintah menjaga kemandirian pangan nasional terbukti memberi dampak nyata di pasar internasional.

“Yang menarik, Indonesia kini ikut berkontribusi menurunkan harga pangan dunia. Harga beras yang semula sekitar 650 dolar AS per ton, kini turun menjadi sekitar 371 dolar AS. Itu semua berkat kerja keras petani kita,” ujarnya dalam Rapat Pengendalian Inflasi di Kemendagri, Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Amran menjelaskan, produksi beras dalam negeri yang meningkat signifikan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan nasional, tetapi juga memperkuat Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang kini mencapai 3,8 juta ton.

Keberhasilan ini, lanjut Amran, tak lepas dari kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menegaskan tidak ada impor beras sepanjang 2025.

“Sebelumnya Indonesia dikenal sebagai importir besar. Tapi berkat gagasan besar Bapak Presiden, kita bisa hentikan impor dan justru memperkuat posisi di pasar global,” jelasnya.

Data menunjukkan, rerata harga beras putih 5 persen dari negara-negara eksportir utama seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada awal 2024 berada di kisaran 622–655 dolar AS per ton. Namun, setelah Indonesia mengumumkan penghentian impor pada Desember 2024, harga beras global mulai turun menjadi 455–514 dolar AS per ton.

Sementara itu, FAO All Rice Price Index (FARPI) juga mencatat penurunan dari 119,2 poin pada Desember 2024 menjadi 100,9 poin pada September 2025, menandakan pengaruh nyata kebijakan pangan Indonesia terhadap stabilitas pasar dunia.

Tak hanya di tingkat global, peningkatan produksi dalam negeri juga memecahkan rekor nasional. Berdasarkan data BPS, produksi beras 2025 mencapai 34,77 juta ton, naik tajam dari 30,62 juta ton pada 2024, sehingga menghasilkan surplus 4,15 juta ton.

Dengan kebutuhan konsumsi nasional sekitar 30,97 juta ton, Indonesia diperkirakan memiliki surplus 3,8 juta ton beras pada 2025. Kenaikan ini juga turut meningkatkan indeks harga padi, dari 136,78 di Januari 2025 menjadi 146,24 pada Oktober 2025, yang menandakan kesejahteraan petani turut membaik.

Untuk menjaga kestabilan harga di lapangan, pemerintah juga membentuk Satgas Pengendalian Harga Beras 2025 melalui Keputusan Kepala Bapanas No. 375 Tahun 2025. Satgas yang terdiri dari unsur Polri, Kemendag, Perum Bulog, dan Pemda ini sudah melakukan pengawasan di 5.648 titik di seluruh Indonesia, mulai dari produsen hingga pengecer.

“Kami sudah menurunkan tim di 51 kabupaten, termasuk Papua yang memiliki tantangan logistik tinggi. Namun yang terpenting, Indonesia kini berhasil swasembada beras, berkat kerja keras semua pihak,” tutup Amran dikutip Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru