Selasa, 30 Desember 2025

Rupiah Berpotensi Menguat Terbatas, Investor Menanti Data Cadangan Devisa RI


 Rupiah Berpotensi Menguat Terbatas, Investor Menanti Data Cadangan Devisa RI Rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS setelah pelemahan pasar tenaga kerja Amerika. (Net)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Nilai tukar rupiah berpeluang untuk menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Jumat 7 November 2025, didorong oleh pelemahan mata uang AS usai rilis data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan kinerja lebih rendah dari ekspektasi.

Menurut laporan dari Challenger, Gray & Christmas, pemotongan tenaga kerja di AS pada Oktober 2025 mencapai lebih dari 150 000 posisi — tertinggi lebih dari dua dekade. Kondisi tersebut memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan lebih cepat menurunkan suku bunga karena merespons melemahnya pasar tenaga kerja.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengungkapkan bahwa pelemahan dolar AS memberikan “ruang” bagi rupiah untuk bergerak menguat. Namun, dia menekankan bahwa penguatan rupiah diharapkan terbatas karena pasar masih menanti data cadangan devisa Indonesia yang dirilis siang ini oleh Bank Indonesia (BI).

“Investor sangat fokus pada data cadangan devisa yang akan memberikan sinyal seberapa kuat buffer eksternal Indonesia menghadapi gejolak global,” ungkap Lukman di Jakarta.

Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp 16.650 hingga Rp 16.750 per US$ sepanjang hari ini, jika sentimen mendukung.

Meski ada potensi menguat, rupiah tetap tertekan oleh sentimen risk-off di pasar keuangan global — terutama kekhawatiran bahwa saham-saham sektor kecerdasan buatan (AI) sedang membentuk gelembung yang bisa memicu koreksi lebih luas.

Data resmi menunjukkan bahwa pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah melemah sedikit sebesar 4 poin atau 0,02 % menjadi Rp 16.705 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 16.701 per dolar AS dikutip Antara.

Analisis dan Catatan Tambahan

Pelemahan dolar AS

Pelemahan dolar AS muncul karena data tenaga kerja AS yang mengecewakan memberikan sinyal perlambatan pasar tenaga kerja, yang kemudian memperbesar ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed. Kondisi ini secara teoritis memberi ruang bagi mata uang negara-emergen seperti rupiah untuk menguat.

Cadangan devisa sebagai penentu kunci

Cadangan devisa Indonesia menjadi sorotan investor global — sebagai indikator buffer eksternal dan stabilitas moneter. Menurut data yang tersedia, posisi cadangan devisa per September 2025 adalah US$ 148,7 miliar, sedikit turun dari US$ 150,7 miliar di akhir Agustus. 

Penurunan ini sebagian akibat pembayaran utang luar negeri pemerintah dan intervensi BI untuk menstabilkan rupiah, namun masih setara dengan sekitar 6 bulan impor, jauh di atas standar internasional. 

Dengan demikian, meski buffer masih cukup, penurunan cadangan boleh jadi menahan penguatan rupiah yang lebih besar.

Sentimen global dan risiko “risk-off”

Meskipun rupiah bisa mendapat dorongan dari pelemahan dolar, sentimen risk-off (penurunan selera risiko) di pasar global dapat membatasi penguatan. Kekhawatiran atas gelembung di sektor AI, maupun potensi kenaikan volatilitas di pasar modal dan valas, bisa memicu arus keluar dana dari pasar Indonesia.

Target kisaran nilai tukar

Perkiraan analis di kisaran Rp 16.650–16.750 per US$ menunjukkan bahwa penguatan rupiah masih dalam ruang yang terbatas — bukan penguatan yang signifikan. Faktor penghambat seperti cadangan devisa yang menurun dan risiko global menjelaskan kenapa langkah rupiah kemungkinan moderat.

Rupiah berpotensi menguat hari ini karena pelemahan dolar AS yang didorong oleh buruknya data tenaga kerja AS. Namun, penguatan tersebut kemungkinan terbatas karena investor menunggu data cadangan devisa Indonesia yang akan menjadi sinyal kesehatan eksternal, serta adanya sentimen global negatif yang bisa menahan pergerakan rupiah lebih jauh. Dengan buffer devisa yang masih cukup namun sedikit menurun, rupiah bisa bergerak dalam kisaran terbatas, khususnya jika pasar tetap berhati-hati.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru