Rabu, 31 Desember 2025

Pasar Optimistis: Rupiah Memperkukuh akibat Prediksi Pemangkasan Suku Bunga The Fed


 Pasar Optimistis: Rupiah Memperkukuh akibat Prediksi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Mata uang nasional, rupiah, menunjukkan penguatan menjelang akhir perdagangan hari Selasa (25/11/2025). (Antaranews)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Mata uang nasional, rupiah, menunjukkan penguatan menjelang akhir perdagangan hari Selasa (25/11/2025). Nilai tukar mencapai sekitar Rp16.657 per dolar AS, naik sekitar 42 poin atau sekitar +0,25 % dibanding sebelumnya.

Penguatan ini terutama dipicu oleh ekspektasi pasar yang makin kuat bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga dalam pertemuan kebijakan yang akan datang, yakni pada Desember 2025. Analis dan pengamat mata uang menilai sinyal dari pejabat The Fed yang bernada dovish semakin menambah kepercayaan investor global terhadap aset-emerging seperti rupiah.

Mengapa Pasar Semakin Yakin?

Menurut pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, komentar dari beberapa pejabat The Fed memperkuat dugaan bahwa pelonggaran moneter akan dilakukan. Salah satu faktor penting adalah pelemahan pada tenaga kerja AS yang menjadi perhatian The Fed — yang berarti suku bunga acuan mungkin akan diturunkan 25 basis poin (bps).

Pasar sekarang memperkirakan probabilitas pemangkasan mencapai sekitar 80 %, sebagai bagian dari langkah untuk mendukung ekonomi AS yang mulai menunjukkan tanda-tanda jenuh dalam hal tenaga kerja dan tekanan inflasi.

Imbas terhadap Rupiah dan Kondisi DomestikDi pasar domestik, penguatan rupiah juga tercermin melalui angka JISDOR (kurs acuan) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, posisi hari ini berada di sekitar Rp16.667 per dolar AS, naik dari sebelumnya sekitar Rp16.709 dikutip Antara.

Dalam konteks ini, penguatan rupiah bukan hanya sekadar pergerakan nilai tukar, tetapi juga sinyal bahwa Indonesia dapat memanfaatkan momentum global—khususnya dari arah kebijakan AS—untuk memperkuat daya tarik aset-Indonesia dan stabilitas makro.

Catatan dan Tantangan ke Depan

Meski potensi penguatan terlihat, terdapat catatan penting yang perlu diperhatikan:

  • Para pejabat The Fed juga menegaskan bahwa inflasi AS masih terlalu tinggi dan pasar tenaga kerja masih ketat, yang bisa menunda atau membatasi ruang untuk pemangkasan suku bunga.
  • Investor tetap akan mengawasi data-ekonomi AS lebih lanjut, seperti Indeks Harga Produsen (IHP) dan penjualan ritel, sebagai petunjuk arah kebijakan moneter berikutnya.
  • Dari sisi domestik, rupiah tetap rentan terhadap faktor eksternal seperti perubahan aliran modal global, geopolitik, dan kondisi ekonomi global yang bisa berubah cepat.

Dengan demikian, penguatan rupiah saat ini bisa dilihat sebagai hasil dari kombinasi sinyal dovish di pasar global dan kondisi domestik yang relatif stabil. Namun, langkah selanjutnya sangat bergantung pada bagaimana data ekonomi AS dan kebijakan The Fed berkembang dalam beberapa minggu mendatang.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru