Loading
Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste David Knight dalam peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) di Jakarta, Selasa (16/12/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Bank Dunia menyoroti tantangan serius di balik pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya terkait kualitas lapangan kerja. Meski stabilitas makroekonomi dinilai terjaga, kondisi pasar tenaga kerja dinilai belum sepenuhnya mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Carolyn Turk, menyatakan bahwa persoalan utama saat ini bukan semata soal jumlah pekerjaan, melainkan kualitasnya. Hal tersebut disampaikan dalam peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) di Jakarta, Selasa (16/12/2025).
Menurut Carolyn, indikator pasar tenaga kerja menunjukkan adanya masalah struktural, terutama bagi kelompok usia muda. Penyerapan tenaga kerja memang meningkat sekitar 1,3 persen dalam periode Agustus 2024 hingga Agustus 2025. Namun, sebagian besar lapangan kerja baru tersebut berada di sektor dengan tingkat upah rendah.
Tak hanya itu, laporan Bank Dunia juga mencatat tren penurunan upah riil di Indonesia yang telah berlangsung sejak 2018. Kondisi ini membuat manfaat pertumbuhan ekonomi tidak sepenuhnya dirasakan oleh pekerja.
“Segmen pekerja dengan keterampilan menengah justru terus menyusut,” ujar Carolyn, menegaskan adanya tekanan pada kelompok pekerja yang selama ini menjadi tulang punggung kelas menengah.
Pandangan senada disampaikan David Knight, Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste. Ia menilai penciptaan lapangan kerja di Indonesia sebenarnya menunjukkan sinyal positif, namun dampaknya terhadap kesejahteraan masih terbatas akibat tren penurunan upah.
“Penambahan pekerjaan memang terlihat menggembirakan. Tetapi ketika upah menurun, manfaatnya menjadi tidak optimal, terutama bagi pekerja dengan keterampilan menengah. Ini pada akhirnya memengaruhi kesejahteraan rumah tangga dan kinerja ekonomi secara keseluruhan,” jelas David.
Lebih lanjut, David mengungkapkan bahwa struktur pasar tenaga kerja Indonesia masih didominasi sektor-sektor berupah rendah. Banyak pekerja muda terserap ke sektor informal dengan tingkat keamanan kerja yang minim, sementara rasa tidak aman secara ekonomi justru meningkat, khususnya di kalangan kelas menengah.
Hasil survei Bank Dunia juga menunjukkan adanya jarak yang semakin lebar antara kondisi kesejahteraan secara objektif dan persepsi masyarakat. Meski angka kemiskinan secara statistik menurun, jumlah rumah tangga yang merasa berada dalam kondisi miskin justru bertambah.
Situasi ini membuat banyak rumah tangga bersikap lebih waspada dalam membelanjakan uang mereka dan cenderung meningkatkan tabungan sebagai langkah antisipasi. Padahal, indikator makroekonomi utama menunjukkan kondisi yang relatif stabil.
Berdasarkan temuan tersebut, Bank Dunia menilai bahwa perbaikan kualitas lapangan kerja menjadi kunci agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat berjalan lebih inklusif dan berkelanjutan. Tanpa peningkatan kualitas pekerjaan dan upah, pertumbuhan ekonomi berisiko tidak memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat luas.