Loading
Tangkapan layar - Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman memberikan jawaban dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Desember 2025 secara daring di Jakarta, Rabu (17/12/2025). (ANTARA/Imamatul Silfia)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Bank Indonesia (BI) menyalurkan tambahan uang tunai ke sejumlah wilayah terdampak bencana, meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Langkah ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan rupiah di tengah gangguan aktivitas masyarakat.
"Dengan kondisi bencana tersebut, kami sudah melakukan penambahan pengiriman uang rupiah tambahan ke wilayah bencana melalui berbagai moda alternatif," kata Deputi Gubernur BI Ricky Perdana Gozali dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Desember 2025 di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Ricky tidak membeberkan jumlah uang yang dikirim. Namun, BI memastikan koordinasi berjalan intens dengan kantor perwakilan dan perbankan di daerah agar distribusi uang tunai tetap lancar.
Kantor perwakilan BI yang terlibat antara lain BI Sibolga dan Lhokseumawe di Banda Aceh, BI Pematangsiantar di Sumatera Utara, serta BI Provinsi Sumatera Barat di Kota Padang.
"Kami berusaha memastikan bahwa penyediaan uang rupiah ini tetap kami penuhi sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menyebut bencana banjir dan longsor di tiga provinsi tersebut berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Dampaknya terhadap perekonomian memang agak negatif. Tetapi, karena masih perhitungan sementara, dalam produk domestik bruto (PDB) setahun ini perkiraannya baru minus 0,017 persen," jelas Aida.
Baca juga:
BRI Siapkan Uang Tunai Rp32,8 Triliun Antisipasi Peningkatan Kebutuhan Transaksi Idul FitriAida menegaskan, perhitungan dampak bencana tidak hanya menyangkut sisi ekonomi, tetapi juga efek sosial yang lebih luas. BI masih menunggu hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) untuk memfinalkan proyeksi inflasi di wilayah terdampak.
Kini, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 berada di kisaran 4,7–5,5 persen, sementara inflasi tetap dijaga pada target 2,5 persen ±1 persen.