Loading
Kepala BAPPEDA Maluku Anton Lailossa, mewakili Gubernur Maluku, Murad Ismail tampil sebagai pembicara pada Uni Eropa virtual roadshow kunjungi Maluku, Senin (14/2/2020).(Foto: Dokumentasi UE)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket mengatakan,"Provinsi Maluku, dan Indonesia bagian timur pada umumnya, memiliki potensi yang belum tergali untuk perdagangan dan investasi yang lebih besar dengan Eropa. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) saat ini tengah dirundingkan dan setelah berhasil dirampungkan maka ini akan meningkatkan perdagangan dan memfasilitasi investasi bagi kedua belah pihak. Ini akan mampu menciptakan lapangan kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi". Hal tersebut disampaikan Vincent Piket ketika tampil sebagai pembicara pada Uni Eropa virtual roadshow kunjungi Maluku, Senin (14/2/2020).
Ikan dan udang merupakan komoditas ekspor terbesar Maluku. Pada periode Januari-Oktober 2020 nilai ekspor ikan dan udang mencapai USD 37,25 juta, atau setara dengan 74,21% dari total ekspor provinsi.
Sylvie Coulon, Policy Officer Direktorat Kesehatan dan Keamanan Pangan, Komisi Eropa memaparkan persyaratan ekspor ikan dan udang, dua produk ekspor utama Maluku, ke Eropa. Permintaan produk perikanan di Eropa terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan pelanggan yang besar, Uni Eropa merupakan pilihan menarik bagi Maluku untuk memperluas dan mediversifikasi pasar ekspornya.
Kepala BAPPEDA Maluku Anton Lailossa, mewakili Gubernur Maluku, Murad Ismail tampil sebagai pembicara pada Uni Eropa virtual roadshow kunjungi Maluku, Senin (14/2/2020) mengatakan Maluku tertarik dan mendorong investasi yang lebih tinggi dari negara asing. "Salah satu upayanya adalah dengan mereformasi proses, deregulasi kebijakan, peraturan perundang-undangan, dan menyalurkan proses administrasi pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PSTP),"ungkapnya.
Sementara Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket dalam kesempatan tersebut mengatakan EU sangat optimis bahwa hasil laut dan perikanan, serta kekayaan rempah-rempah Ambon, menjadi daya tarik dan potensi dagang besar dengan pasar Uni Eropa.
"Untuk itu, kita perlu memastikan sanitari dan fitosanitari bahan pangan dari Maluku yang diekspor ke EU. Begitu pula dengan potensi pariwisata Maluku yang berkelanjutan dan lingkungan hidup yang terpelihara baik,"tandasnya.
Lanjut Vincent Piket, ekspor Maluku ke benua Eropa masih belum seoptimal yang kita harapan, oleh karenanya roadshow ini diharapkan dapat membuka akses lebih luas.
Kata Vincent Piket, EU telah berhasil mendorong kemajuan yang mantap dan optimis dapat merampungkan negosiasi kerjasama CEPA dan bisa segera mengalirkan dukungan serta investasi EU di Indonesia, untuk dapat mendongkrak kesempatan kerja dan kesempatan dagang di/bersama Indonesia.
Bahkan sebelum pandemi, EU menyadari pentingnya untuk meningkatkan lingkungan yang kondusif untuk berinvestasi di Indonesia. Studi-studi yang ada menyatakan antara 2030-2032; CEPA diprediksi dapat pertumbuhan ekstra bagi Indonesia senilai 5 miliar Euro dari tahun ke tahun, meningkatkan GDP, dan ekspor Indonesia bisa meningkat hingga 18% . Ini berarti merestrukturisasi dan memperkuat perekonomian Indonesia.
EU memberikan dukungan subsidi agar negara-negara anggota EU siap dengan penyediaan insentif di sektor-sektor yang sangat terdampak pandemi, untuk dapat mengembalikan daya beli konsumen dan mendorong perputaran ekonomi.