Loading
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasutio. (Nawacita)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) antara negara kawasan Asia Tenggara dan enam negara lain, yakni India, Tiongkok, Korea, Jepang, Australia dan Selandia baru, dapat menjadi kerja sama perekonomian terbesar di dunia apabila sukses terlaksana.
"RCEP ini negara besar semua. Bayangkan, kita dengan ASEAN aja belum sepenuhnya sama dan ini akan bergabung, berunding dengan enam negara yang besar itu. Dan itu mungkin jadi kerja sama ekonomi yang paling besar di dunia, karena menyangkut 48 persen penduduk dunia," kata Darmin usai menghadiri rapat terbatas tentang Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Indonesia, lanjut Darmin, selaku negara inisiator terbentuknya kerja sama tersebut sejak 2012, mendorong untuk terwujudnya perdagangan pasar bebas di tingkat ASEAN terlebih dahulu, sebelum membawa diskusi tersebut dengan enam negara.
"Itu sebabnya perlu sekali ada upaya mempercepat supaya sepakat di dalam dulu, setelah itu dengan ASEAN, setelah itu baru masing-masing negara ASEAN menghadapi enam negara itu," kata Darmin sebagaimana dilaporkan Antara.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, yang turut hadir dalam rapat terbatas itu menjelaskan kesepakatan perdagangan bebas di kawasan ASEAN diharapkan selesai hingga akhir tahun 2018.
Hingga kini, penyelesaian rancangan RCEP sudah mencapai 70 hingga 80 persen dan telah disepakati oleh pimpinan negara-negara ASEAN dan mitranya.
"RCEP tentu lebih sulit dibandingkan dengan kerja sama bilateral, seperti Indonesia dengan Australia. Kita sepakati ASEAN itu harus satu, baru kemudian ASEAN menegosiasikan dengan India, China, Korea, Jepang, Australia dan Selandia Baru," jelas Enggartiasto.
Peran ASEAN, khususnya Indonesia selaku negara koordinator pembahasan RCEP, sebagai jembatan untuk mencari titik tengah dari perbedaan permintaan dari masing-masing negara.
Enggartiasto mencontohkan apabila Australia dan Selandia memiliki permintaan tinggi, sedangkan India rendah; maka Indonesia akan bertindak sebagai penengah untuk menemukan titik temu permintaan perdagangan tersebut.