Selasa, 30 Desember 2025

Perdana Menteri Wanita Pertama Bangladesh, Khaleda Zia, Wafat di Usia 80 Tahun


 Perdana Menteri Wanita Pertama Bangladesh, Khaleda Zia, Wafat di Usia 80 Tahun Khaleda Zia, mengenakan pakaian merah muda, melambaikan tangan saat meninggalkan tempat setelah menghadiri sidang pengadilan di Dhaka pada tahun 2016.(Getty Images/bbc.com)

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Mantan perdana menteri sekaligus perdana menteri perempuan pertama Bangladesh, Khaleda Zia, meninggal dunia pada usia 80 tahun setelah berjuang melawan sakit yang berkepanjangan. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh partainya pada Selasa (30/12/2025).

Sebelum wafat, kondisi Zia dilaporkan sangat kritis. Tim dokter menyebutkan ia menjalani perawatan intensif dengan bantuan alat pernapasan, namun keterbatasan kondisi kesehatan dan usia membuat sejumlah tindakan medis tidak dapat dilakukan secara bersamaan.

Khaleda Zia mencatat sejarah ketika memimpin pemerintahan Bangladesh pada 1991, usai membawa Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) memenangkan pemilihan demokratis pertama setelah dua dekade pemerintahan non-sipil. Sejak saat itu, namanya menjadi salah satu figur paling berpengaruh dalam politik negeri tersebut.

Dalam beberapa dekade, politik Bangladesh kerap diwarnai rivalitas tajam antara Zia dan tokoh politik perempuan lain, Sheikh Hasina. Keduanya silih berganti berada di kursi pemerintahan dan oposisi, membentuk dinamika politik yang keras dan berlarut-larut.

“Pemimpin yang kami cintai telah berpulang pada pukul 6 pagi,” tulis Bangladesh Nationalist Party melalui akun resminya.

Usai kabar meninggalnya tersebar, warga berdatangan ke rumah sakit di Dhaka tempat Zia dirawat. Aparat keamanan terlihat berjaga untuk mengendalikan kerumunan.

Dari Bayang-Bayang ke Pusat Kekuasaan

Zia awalnya dikenal publik sebagai istri Presiden Ziaur Rahman. Setelah suaminya tewas dalam kudeta militer pada 1981, ia terjun ke politik dan perlahan menapaki kepemimpinan hingga menjadi ketua BNP. Sikapnya yang tegas dan enggan berkompromi, termasuk menolak ikut pemilu di bawah rezim militer pada 1980-an, membangun reputasinya sebagai pemimpin tangguh di tengah dominasi politik laki-laki.

Pada masa jabatan pertamanya, Zia menuai apresiasi atas kebijakan peningkatan pendidikan perempuan dan pembangunan sosial, sekaligus mengembalikan sistem demokrasi parlementer melalui amandemen konstitusi. Namun periode kepemimpinan berikutnya tak lepas dari kritik, terutama terkait tuduhan korupsi dan polemik penyelenggaraan pemilu.

Selama 16 tahun terakhir di bawah pemerintahan Liga Awami, Zia menjadi simbol utama perlawanan oposisi. Ia sempat dipenjara atas kasus korupsi yang disebutnya bermotif politik, sebelum akhirnya dibebaskan tahun lalu setelah gelombang protes besar mengguncang Bangladesh.

Reaksi Nasional dan Internasional

Pemimpin sementara Bangladesh, Muhammad Yunus, menyampaikan belasungkawa dan menyebut Zia sebagai “simbol gerakan demokrasi” yang perannya akan selalu dikenang.

Ucapan duka juga datang dari luar negeri. Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyatakan kesedihannya dan menghormati kontribusi Zia bagi pembangunan Bangladesh serta hubungan bilateral dengan India dilansir bbc.com

Menurut BNP, Zia menghembuskan napas terakhir dikelilingi keluarga dekatnya. Meski lama absen dari panggung publik akibat sakit, pengaruh dan warisan politik Khaleda Zia tetap hidup sebagai salah satu tokoh kunci dalam perjalanan demokrasi Bangladesh.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru