Selasa, 30 Desember 2025

PDB Indonesia Mengecewakan, Rupiah Merosot


 PDB Indonesia Mengecewakan, Rupiah Merosot Ilustrasi: Rupiah merosot. (Liputan6.com)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Rupiah tergelincir ke level terendah sejak Januari 2016 yaitu 14,000 karena pertumbuhan PDB Indonesia melambat pada kuartal pertama 2018.

Produk Domestik Bruto Indonesia tumbuh 5.06% YoY, di bawah proyeksi 5.20% karena penurunan ekspor dan pengeluaran konsumsi publik. Walaupun konsumsi konsumen yang lambat adalah faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, hal ini mungkin berubah pada kuartal kedua 2018.

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed dalam rilis yang diterima redaksi arahkita.com mengatakan optimisme terhadap ekonomi Indonesia dan prospek pertumbuhan dapat membaik jika konsumsi meningkat menjelang bulan Ramadan.

Indeks Harga Saham Gabungan melonjak 1.60% dan ditutup di 5885.098 walau PDB mengecewakan. Sehubungan dengan prospek forex, Rupiah melemah terhadap Dolar dan harga bergerak mencapai 14.000 pada saat laporan ini dituliskan.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat menurut Sayed dapat mempersulit Bank Indonesia untuk meningkatkan suku bunga. Walau demikian, posisi Rupiah yang mengkhawatirkan dapat menjadi alasan bagi BI untuk bertindak demi melindungi mata uang Indonesia.

Sayed menambahkan saham AS dan juga Dolar mengalami reli tajam pada akhir pekan lalu walaupun NFP mengecewakan.

Data umum peningkatan lapangan kerja berada di bawah ekspektasi analisis yaitu "164K aktual vs 193K prediksi", namun data bulan sebelumnya direvisi naik 32K. Rata-rata upah per bulan juga gagal mencapai ekspektasi dengan pertumbuhan hanya 2.6% YoY.

Berita baiknya sambung Sayed, tingkat pengangguran turun ke 3.9% yang merupakan level terendah dalam 18 tahun terakhir.Pasar tenaga kerja kata Sayed secara umum masih solid, dan dengan kenaikan inflasi, Federal Reserve akan melanjutkan normalisasi kebijakan moneter. Walau demikian, belum ada bukti yang memadai untuk mengatakan bahwa ekonomi mengalami overheating sehingga skenario yang paling mungkin terjadi adalah dua kali kenaikan suku bunga lagi di tahun 2018.

Menjelang akhir musim rilis pendapatan di AS, politik sepertinya akan kembali mendominasi. Inilah yang perlu kita pantau selama satu pekan mendatang.

Lebih lanjut Sayed mengatakan negosiasi putaran pertama antara Tiongkok dan Amerika Serikat berakhir Jumat lalu tanpa ada terobosan. Walaupun Tiongkok mengatakan bahwa negosiasi perdagangan ini menunjukkan kemajuan, tapi belum ada hasil yang pasti.

AS kata Sayed meminta Tiongkok memangkas defisit perdagangan setidaknya $200 miliar pada akhir 2020. Menurut banyak ekonom, hal ini sepertinya mustahil dapat tercapai.

"Negosiasi yang sedang berlangsung ini mungkin bisa mengulur waktu dan mengurangi ketegangan di jangka pendek, tapi investor akan terus mengantisipasi ancaman perdagangan berikutnya. Pernyataan dari Presiden AS Donald Trump akan selalu diperhatikan. Kemampuan negosiasi tim Trump akan diuji lagi pekan lalu dengan berlanjutnya diskusi NAFTA,"ungkap Sayed.

Menurut Perwakilan Dagang Amerika Serikat, Robert Lighthizer, jika AS gagal merampungkan negosiasi dagang dengan Kanada dan Meksiko dalam dua pekan mendatang, maka kesepakatan dapat terancam. Dolar Kanada dan Peso Meksiko akan sangat terpukul apabila kesepakatan tidak berhasil tercapai.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru