Rabu, 31 Desember 2025

Sang Duta Harmoni Kebhinekaan NKRI, In Memoriam Theo Bella


 Sang Duta Harmoni Kebhinekaan NKRI, In Memoriam Theo Bella Buku berkisah Sang Duta Harmoni Kebhinekaan NKRI, Theo Bela. (Foto: Istimewa)

Oleh: Simply da Flores

KABAR kepulangan Bapak Theo Bella, dalam usia 81 tahun, pada hari Kamis 22-02-2024 mengagetkan bagi saya. Sejumlah pengalaman perjumpaan dengan beliau tetap terngiang.  Beliau selalu ramah menyapa dan sering mengajak terlibat dalam kegiatan lintas agama dan adat budaya. Satu hal sangat penting dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di wilayah NKRI.

Untuk mengenang perjuangan karya bakti beliau, saya catat beberapa pelajaran kehidupan dari beliau. Saya terkesan karyanya sebagai "Sang Duta Harmoni Kebhinekaan NKRI". Beliau berbicara dan berkarya, membangun relasi harmonis dalam perbedaan dan kebhinekaan.

Sosok Sahaja dan Tekun Berdoa

Sejauh yang saya kenal, Sosok Theo Bella adalah seorang pribadi sederhana, apa adanya, sahaja, ramah dan penuh semangat menyapa siapa saja. Beliau bergaul lintas kelompok agama, keyakinan, adat budaya serta tingkatan umur. Hemat saya, selain di lingkungan komunitas asalnya Maumere, Flores, NTT, justru beliau lebih dikenal pihak luar lingkungan gereja dan asal usulnya.

Beliau terlibat dalam banyak organisasi lintas agama, kelompok sosial budaya, dan fokus mencari solusi, jika ada konflik yang berkaitan dengan kebebasan beragama. Jalan dialog dan relasi persaudaraan begitu nampak dalam dinamika perjuangan beliau.

Menelisik perjuangan beliau dalam arena yang penuh tantangan, bahkan medan konflik berbahaya antara pihak yang menjadi sumber konflik, saya mendapat data dan keyakinan tentang sumber energi perjuangan pribadinya. Saya yakin bahwa beliau adalah sosok pribadi rendah hati yang beriman dan tekun berdoa. Itulah kekuatan andalannya dalam membangun dialog dan relasi harmonis dengan aneka pihak lain.

Beliau bukan konglomerat, bukan pebisnis kaya, tetapi kaya relasi dan persahabatan. Tidak berlebihan, dari konteks gereja Katholik, beliau adalah seorang tokoh awam yang layak disebut 'rasul zaman' di tengah gelombang badai perubahan.

Terlibat aktif dalam lingkungan komunitas agama Katholik, sudah banyak orang. Beliau memilih membaktikan hidup dan imannya di tengah sesama saudara di luar komunitas gereja Katholik. Mungkin beliau hayati pesan Injil, 'menjadi garam, ragi dan terang di tengah dunia. Diutus seperti domba ke tengah serigala".

Membawa Kasih Persaudaraan Sejati

Theo Bela bersama Din Syamsudin

Sekum FIComRP, Theophilus Bela bersama Bersama Prof. Dr. Dien Syamsudin, Ketua FIComRP dan Bendahara FKKJ, Ibu Tobing Silitonga. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Jalan komunikasi yang ramah dan penuh persaudaraan, tanpa intrik politik dan tendensi bisnis, apalagi mengadili sesamanya, adalah hal yang saya saksikan dan kagumi dari pribadi beliau. Bapak Theo Bella, dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman hidupnya di luar negeri, Jerman dan Eropa, menawarkan komunikasi setara dengan berbagai pihak. Apalagi ketika ada konflik relasi soal kegiatan antar agama.

Model pendekatan pribadi dengan tokoh agama lain, tokoh politik, tokoh adat budaya serta masyarakat yang berkonflik, terlihat penuh persahabatan dan persaudaraan. Tidak ada tendensi mengadili atau menghakimi. Beliau fokus mencari jalan dialog dan membangun harmoni, karena saling memahami dan nilai kemanusiaan dengan konteks budaya bangsa serta aturan NKRI.

Beliau menempatkan setiap pribadi sebagai "Sesama Saudara". Kita sama-sama terlahir sebagai manusia; keanekaragaman dan perbedaan adalah anugerah dan kekuatan hakiki dari Sang Pencipta. Kita manusia menghirup udara yang sama, dengan darah yang sama. Kita terlahir untuk saling melengkapi karena saling membutuhkan, dalam membangun dunia yang harmoni, damai dan penuh kasih sayang.

Sang Duta Harmoni Kebhinekaan NKRI

Selamat jalan Moat Theo Bella, nikmati anugerah sorgawi, dalam harmoni dan kedamaian abadi Allah, Sang Maha Kasih, Maha Cinta dan Maha Rahim

Engkau telah selesai hingga gadis finis, menjadi 'Duta Harmoni Kebhinekaan NKRI' dengan iman dan doamu, yang terpatri pada perjuangan karya baktimu.

Saya yakin, para sahabat perjuangan mencatat apa yang dirimu kerjakan dan menegaskan siapakah dirimu bagi mereka semua. Dirimu telah menjadi garam, ragi dan terang, maka baru disadari dan diakui setelah dirasakan manfaat karya baktimu.

Engkau telah menjadi seorang utusan, rasul, duta harmoni kebhinekaan NKRI. Seorang sosok pribadi, 100% warga gereja Katholik dan 100% warga NKRI serta 100% sahabat dan saudara.

Tokoh seperti Prof. Dr. Dien Syamsudin, tidak akan mempercayakan tugas sekretaris kepadamu,  dalam sebuah jaringan advokasi perdamaian internasional, FIComRP, jika kapasitas pribadimu diragukan. Juga aneka perjuangan dan kepercayaan melalui Forum Komunikasi Kristiani Jakarta.

Hal tersebut itu menegaskan relasi harmonis pribadimu dengan para pemimpin Gereja Katholik maupun Kristen lainnya, juga dengan tokoh agama Islam, Hindu, Budha, Konghucu dan Aliran Kepercayaan.

Terimakasih teladan dan karyamu Moat Theo Bella, sambutlah mahkota imanmu, beristirahatlah dalam kedamaian abadi Sang Maha Harmoni.

AMAPU BENJER & RIP Bapak Theo Bella.

Penulis adalah Aktivis Sosial dan Budaya. Tinggal di Jakarta.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Feature Terbaru