Rabu, 31 Desember 2025

Pemuda Adat Jadi Garda Depan Perjuangan Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan


 Pemuda Adat Jadi Garda Depan Perjuangan Lingkungan dan Ekonomi Berkelanjutan Ilustrasi - Salah satu kelompok pemuda adat di Indonesia. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Pemuda adat kini tampil sebagai garda depan dalam perjuangan melindungi lingkungan sekaligus mendorong ekonomi berkelanjutan. Dari forum Global Youth Forum (GYF) 2025 di Bali hingga persiapan menuju COP30 Brasil, suara generasi muda adat kian diperhitungkan di panggung global.

Suara Pemuda Adat di Forum Internasional

Dalam forum GYF yang digelar Juli lalu di Bali, Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) menegaskan bahwa pemuda adat adalah penjaga hutan, tanah ulayat, sungai, dan laut. Cindy Yohana dari BPAN mengatakan, kearifan lokal yang diwariskan leluhur mampu menjaga harmoni manusia dan alam sekaligus membuka peluang ekonomi berkelanjutan.

“Kearifan ini melahirkan potensi seperti pangan lokal, hasil hutan non-kayu, dan kerajinan tradisional,” ujarnya.

Forum yang diikuti lebih dari 50 pemimpin muda dari 27 negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin itu juga menghadirkan dialog lintas generasi dengan para tetua adat dan pembela hak asasi manusia.

“Forum seperti ini memastikan pemuda adat dibekali, terhubung, dan diberdayakan untuk membela komunitas mereka serta memimpin perubahan transformatif,” kata Sabba Rani Maharjan, konsultan asal Nepal dari Rights and Resources Initiatives (RRI).

Hasil GYF Bali akan dibawa ke COP30 Brasil pada November 2025, pertemuan iklim terbesar dunia yang menentukan arah kebijakan global.

Menjawab Tantangan Globalisasi dan Krisis Iklim

Indonesia, dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, menaruh harapan besar pada pemuda adat di forum internasional. Ketua BPAN, Hero Aprila, menegaskan generasi muda harus hadir secara bermakna dalam setiap ruang pengambilan keputusan.

“Sebagai generasi muda, kita harus berperan aktif, bukan hanya sekadar hadir tanpa makna,” katanya.

Namun, globalisasi menghadirkan tantangan besar. Dari Filipina, Funa-ay Claver dari Asia Young Indigenous Peoples Network (AYIPN) menyoroti ancaman perampasan tanah dan penggusuran. Sementara di Kongo, Elnathan Nkuli dari Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) menyebut penebangan liar dan pertambangan menjadi tekanan utama di tanah adat.

Meski demikian, globalisasi juga membuka peluang. Teknologi digital, misalnya, dapat dimanfaatkan pemuda adat untuk memperkenalkan budaya dan praktik tradisional ke dunia luar.

Pendidikan dan Pemberdayaan sebagai Kunci

BPAN bersama Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mendorong lahirnya sekolah adat di berbagai daerah. Hero menyebut sekolah adat sebagai ruang transfer pengetahuan dari tetua ke generasi muda dengan metode belajar langsung di alam.

“Sekolah adat adalah ruang yang memerdekakan Masyarakat Adat, baik secara berpikir maupun bertindak,” jelasnya.

Di Kongo, CEPF melatih perempuan dan pemuda adat dalam pengelolaan hutan dan pertanian keluarga berkelanjutan. Program ini berhasil menekan deforestasi hingga 40% dan membentuk koperasi lokal yang memproduksi briket ramah lingkungan.Sementara AYIPN meluncurkan kampanye Indigenous Lands in Indigenous Hands (ILIH) untuk memperkuat jaringan pemuda adat dan memperjuangkan hak atas tanah.

Kolaborasi Global Menuju COP30

Cindy menegaskan BPAN siap membuka kolaborasi dengan pemuda adat dari berbagai negara. Bentuknya berupa pertukaran pengalaman, kampanye bersama, hingga advokasi internasional.

“Melalui kolaborasi, pemuda adat bisa saling belajar strategi menjaga budaya, melindungi wilayah adat, dan memperkuat posisi bersama menghadapi krisis global,” ujarnya dalam rilis yang diterima media ini, Jumat (3/10/2025).

Dari GYF Bali hingga COP30 Brasil, pemuda adat membuktikan diri sebagai kekuatan nyata yang menentukan arah kebijakan global sekaligus menjaga masa depan bumi.

Tentang BPANBarisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) adalah organisasi otonom di bawah AMAN yang beranggotakan pemuda adat usia 15–30 tahun dari tujuh region Nusantara: Papua, Maluku, Bali-Nusra, Sulawesi, Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. BPAN lahir dari Jambore Nasional Pemuda Adat Nusantara pada 27–31 Januari 2012 di Bogor, dengan visi “Generasi muda adat bangkit, bersatu, bergerak mengurus wilayah adat.”

Info lebih lanjut: www.pemudaadat.org

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru