Selasa, 30 Desember 2025

Untuk Pertama Kalinya, Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Global Lampaui Batu Bara


 Untuk Pertama Kalinya, Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Global Lampaui Batu Bara Pembangkit Listrik Energi Terbarukan. (The Guardian/Shutterstock)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, pembangkit listrik dari energi terbarukan global telah melampaui pembangkit batu bara dalam hal kontribusi terhadap pasokan listrik dunia. Capaian ini terjadi pada paruh pertama tahun 2025 dan dianggap sebagai titik balik penting dalam transisi energi global.

Laporan terbaru dari lembaga kajian iklim Ember menyebutkan bahwa peningkatan tajam pada kapasitas tenaga surya dan pertumbuhan stabil pada pembangkit tenaga angin menjadi pendorong utama pencapaian tersebut. Ember mencatat bahwa energi terbarukan secara keseluruhan kini mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan listrik global dan sekaligus menekan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Menurut data, produksi energi surya meningkat hampir sepertiga dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencakup sekitar 83% dari seluruh peningkatan permintaan listrik global. Sementara itu, pembangkit listrik tenaga angin mencatatkan pertumbuhan lebih dari 7%.

Kombinasi keduanya, dilansir The Guardian, menjadikan tahun 2025 sebagai kali pertama energi bersih berhasil menggantikan dominasi bahan bakar fosil dalam memenuhi permintaan listrik dunia.

Analis senior listrik dari Ember, Małgorzata Wiatros-Motyka, menyebut pencapaian ini sebagai “titik balik krusial”. Ia mengatakan bahwa pertumbuhan energi surya dan angin kini cukup cepat untuk menyerap lonjakan konsumsi listrik global yang terus meningkat. Ini menandai permulaan era baru di mana energi bersih menjadi penggerak utama sektor kelistrikan dunia.

China dan India menjadi aktor utama dalam lonjakan energi terbarukan ini. Tiongkok bahkan menambahkan kapasitas pembangkit energi bersih lebih besar dibandingkan dengan gabungan seluruh dunia, yang berkontribusi terhadap penurunan 2% dalam penggunaan bahan bakar fosil di negara itu.

Sementara India meningkatkan kapasitas energi terbarukan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan permintaan listriknya, yang menyebabkan penurunan signifikan penggunaan batu bara dan gas masing-masing sebesar 3,1% dan 34%.

Sebaliknya, tren berbeda terlihat di Amerika Serikat. Di sana, pertumbuhan permintaan listrik melampaui ekspansi sektor energi terbarukan, mendorong peningkatan 17% dalam pembangkit listrik berbahan bakar batu bara selama semester pertama 2025.

Di Uni Eropa, pertumbuhan permintaan listrik tergolong moderat, namun penurunan produksi angin dan air akibat kondisi cuaca menyebabkan ketergantungan terhadap pembangkit gas dan batu bara tetap meningkat, masing-masing sebesar 14% dan 1,1%, meskipun tenaga surya mengalami lonjakan.

Laporan terpisah dari Badan Energi Internasional (IEA) mendukung temuan Ember. IEA memprediksi bahwa kapasitas energi terbarukan global akan lebih dari dua kali lipat pada akhir dekade ini, dengan tenaga surya fotovoltaik diperkirakan menjadi kontributor utama, disusul tenaga angin, air, bioenergi, dan panas bumi.

Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, menyatakan bahwa Tiongkok akan tetap menjadi pasar pertumbuhan terbesar di sektor energi bersih, diikuti oleh India. Bahkan, negara-negara seperti Arab Saudi, Pakistan, dan sejumlah negara Asia Tenggara diproyeksikan akan mengalami lonjakan signifikan dalam penggunaan energi surya.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru